Ida Pedanda Nyoman Temuku (Alm)

”Beliau juga sering nampak (maaf) tidak pernah mandi, walaupun kamar mandi beliau kelas hotel bintang lima dengan marmer impor dari Italia. Mobil beliau Robicon, tapi yang sering naik di mobil itu justru pengiring beliau, sedang beliau lebih suka naik mobil kecil. Beliau juga tidak segan bergaul dengan berbagai kalangan: politisi, birokrat, juga hadir di acara-acara Baladika,” ujar Ari Dwipayana.

Koordinator Staf Khusus Presiden RI Joko Widodo AA GN Ari Dwipayana menaruh perhatian khusus terhadap almarhum Ida Pedanda Nyoman Temuku. Bagi Ari Dwipayana sosok Ida Pedanda ini memiliki keunikan tersendiri dalam menjalani hidup selama ini. Ilmu yang diperoleh beliau selama adalah dengan belajar otodidak. Dan, ilmu Wariga Belog sampai saat sekarang telah menjadi warisan dan bunga – bunga pencerahan bagi generasi muda Hindu.

Kini beliau sudah lebar. Hanya ilmunya yang bisa digunakan sebabagi cerminan hidup. Beliau sampun mantuk ke Siwaloka Ida Pedanda Nyoman Temuku, penemu Wariga BELOG, Selasa (17/12)  tadi malam. Kepulangan Ida Pedanda mengagetkan banyak pihak. Menurut AA Ari Dwipayana, terakhir bertemu Ida Pedanda pada saat Mahasabha Dharmopadesa di Beng beberapa waktu yang lalu. ”Saat itu, saya mendatangi tempat duduk beliau untuk menyampaikan salam dan mohon restu. Setelah itu sempat beberapa kali kirim kabar lewat WA dan mengingatkan beberapa hal,” ujar Ari Dwipayana dalam pesan WA kepada Metrobali.com.

Menurutnya, Ida Pedanda Nyoman Temuku adalah penekun wariga. Beliau telah menulis buku metoda Kala-Kala yang dikenal dengan Wariga BELOG (Behavior Enviroment LOGos, harmonisasi perilaku manusia dengan alam.

”Beliau minta saya membaca buku itu dan memahami soal perhitungan Kala-Kala. Kala adalah waktu. Siapa yang tidak mengetahui perhitungan Kala, akan merusak program pikiran, langkah dan kesimpulan manusia. Jika mengetahui perhitungan Kala, akan membantu program pikiran, langkah dan kesimpulan manusia. Setiap manusia membawa catur bekel kahuripan: Guru, Ratu, Lara dan Pati. Sedangkan perhitungan kala-kala, didasarkan pertemuan antara Saptawara, Sadwara dan Pancawara yang selanjutnya dilihat kombinasinya dengan catur bekel kahuripan,”  cerita Ari Dwipayana.

Ari Dwipayana melanjutkan cerita kenanngan indah bersama Ida Pedana. ”Terus terang, saya adalah murid yang bodoh dalam memahami perhitungan Kala-kala ini. Tapi, saya melihat Ida Pendanda adalah pembelajar yang luar biasa. Belajar otodidak dan menemukan sendiri model perhitungan Kala-kala,” tandas Ari Dwipayana.

Dengan gaya beliau yang eksentrik, kata Ari Dwipayana banyak orang salah (kurang) paham dalam menilai beliau. Dikatakan, Ida Pedanda tidak Ngeloka phala sraya seperti umumnya para pedanda lainnya di Bali. ”Beliau juga sering nampak (maaf) tidak pernah mandi, walaupun kamar mandi beliau kelas hotel bintang lima dengan marmer impor dari Italia. Mobil beliau Robicon, tapi yang sering naik di mobil itu justru pengiring beliau, sedang beliau lebih suka naik mobil kecil. Beliau juga tdk segan bergaul dengan berbagai kalangan: politisi, birokrat, juga hadir di acara-acara Baladika,” ujar Ari Dwipayana.

”Yang harus kita pelajari dari kisah hidup beliau adalah proses belajar yang tidak pernah usai. Saya membayangkan sampai beliau menghembuskan nafas terakhir, beliau masih seorang pembelajar. Di kamar pribadi beliau ada komputer besar yang menemani beliau untuk menyempurnakan perhitungan Kala-kala,” kata Ari Dwipayana menutup perbincangan ini.

Editor : Nyoman Sutiawan