Kondisi Kawah Gunung Agung Pasca Erupsi
Pengamat Gunung Api, Elang Erlangga mengulas kondisi Kawah Gunung Agung, Pasca erupsi Sabtu dini hari (18/5). Kondisi kawah diambil dari satelit Sentinel 2 milik ESA sekitar 8 jam dari erupsi, tepatnya pada pukul 10.40 WITA.
Hasil pengamatan menyatakan, bagian tengah kawah Gunung Agung (central vent) meradiasikan panas yang cukup kuat pertanda terpaparnya lava pijar dipermukaan lava. Area panas berbentuk memanjang nyaris oval, dengan ukuran 180 x 250 meter, memanjang ke arah timur laut. Pada pukul 15.10 UTC tanggal 18 Mei 2019, sistem MIROVA mendeteksi energi radiasi termal yg dilepaskan oleh area panas, sebesar 52 MW. Titik panas pinggiran lava sama sekali tidak terdeteksi pada citra Sentinel setelah erupsi 18 Mei, terlihat dari perbandingan dengan citra tanggal 13 Mei.
Lontaran proyektil balistik pijar sebagian besar mengarah ke utara-timur laut, dan tenggara dengan rata-rata jarak lontaran 2 hingga 2,5 km dari punsat erupsi. Balistik pijar terjauh dan yang terlama berada pada jarak 2,9 km dari pusat erupsi mengarah ke timur laut.
Erlangga mengungkapkan suara dentuman dari gelombang kejut yang lebih tepat, ia dengar seperti suara “raungan” dari erupsi Gunung Agung 18 Mei 2019, sampai di lokasi pengamatannya,  di Tulamben (11,92 km) sekitar 31 detik setelah lava pijar keluar. Ia menyatakan,  Kecepatan gelombang kejut masih supersonik dengan 384 meter/detik.
Erlangga menuturkan, bahaya dari lontaran proyektil balistik pijar untuk saat ini masih terlokalisir didalam radius bahaya 4 km dari pusat erupsi.
Pewarta : Made Yunda