asian games 2014

Jakarta (Metrobali.com)-

Kontingen Indonesia yang akan menuju Incheon, Korea Selatan, untuk mengikuti kompetisi Pesta Olahraga se-Asia (Asian Games) 2014 sepertinya bakal memanggul beban berat, dengan canangan target medali dan minimnya persiapan.

Beban untuk mencapai target 10 besar ataupun raihan delapan medali emas bukanlah tugas yang ringan bagi para atlet dan pelatih dari 23 cabang olahraga yang bakal menghadapi para atlet raksasa Asia pada 19 September hingga 4 Oktober mendatang di Incheon, Korea Selatan (Korsel).

Pada Asian Games 2010 di Guangzhou, Tiongkok, Indonesia berada di urutan ke-15 pengumpulan medali dengan merebut empat emas, sembilan perak, dan 13 perunggu.

Dalam rapat persiapan Asian Games 2014 beberapa waktu lalu di Jakarta, Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Suwarno kembali menegaskan target Indonesia untuk meraih delapan medali emas, 12 perak dan empat perunggu dalam perhelatan olahraga empat tahunan itu.

“Targetnya delapan emas, diharapkan bisa dapat sembilan, serta bisa masuk 10 besar guna memperbaiki peringkat Indonesia di ajang bergengsi ini,” katanya.

Pada Asian Games 2014 di Incheon ini kontingen Indonesia ditargetkan mampu masuk 10 besar. Beberapa cabang olahraga yang diharapkan mampu meraih medali emas adalah bulu tangkis, angkat besi, voli pantai, balap sepeda, boling.

Untuk memperjuangkan keinginan meraih medali emas sebagai target umum, beberapa cabang olahraga telah melakukan persiapan maksimal, kendati beberapa cabang tampak bisa dilihat melakukan pelatnas mandiri dengan minim bantuan pemerintah.

“Kami melakukan pelatnas mandiri, kami tidak mengandalkan bantuan pemerintah, tapi pelatnas kami harus tetap jalan, baik ada atau tidak ada bantuan pemerintah,” begitu pernah dikatakan Hendardji Soepandji saat dia belum lengser sebagai Ketua Umum PB Forki.

Hendardji menyatakan cukup senang atletnya bahkan juga bisa melakukan ujicoba (try-out) ke luar negeri, selain yang dalam negeri mengikuti kompetisi lokal.

“Ada agenda atlet kami mengikuti kompetisi karate tingkat Asia dan dunia seperti AKF dan WKF Premier League,” tambahnya.

Begitu juga seperti cabang equestrian (berkuda), tim manajer Asian Games 2014 Prasetiono Sumiskun memastikan bahwa pelatnas berkuda telah melakukan persiapan untuk Asian Games Incheon dengan melakukan serangkaian ujicoba dengan mengikuti turnamen equestrian di luar negeri dan lokal.

“Atlet berkuda Pelatnas Asian Games XVII diharapkan mengukir medali emas saat tampil di Korsel 19 September hingga 4 Oktober 2014, maka kami kirim atlet untuk ujicoba di kawasan Eropa yang memiliki event cukup padat, baik tingkat nasional maupun internasional,” kata Prasetiono Sumiskum.

Menurutnya, atlet yang berlatih di nomor jumping diberikan latihan ujicoba di Belanda, sedang atlet nomor dressage berlatih dan tampil dalam suatu event internasional di Jerman. Dengan begitu, para atlet berkuda tidak pernah pulang ke Tanah Air hingga tampil di Asian Games XVII Korsel.

Prasetiono menegaskan, kuda yang akan dijadikan tunggangan dalam lomba di Asian Games nanti tidak boleh dibawa dari Indonesia. Namun langsung berasal dari jerman agar memenuhi akreditasi tentang kesehatan yang ditentukan pihak panitia. Begitu juga karantina juga berasal dari Jerman, dengan begitu membutuhkan biaya cukup besar untuk tampil di Asian Games Korsel.

Seret Dana dan Peralatan Sementara itu tentang persiapan menuju Asian Games 2014 Incheon, sejumlah cabang olahraga mengeluhkan lambatnya dana pelatnas serta bantuan peralatan yang diperlukan atlet dalam berlatih.

Keterlambatan dana tidak hanya mengganggu persiapan atlet saja, tapi juga berdampak pada program latihan yang sudah dibuat.

“Biasanya kan selalu telat turun, makanya saya sebagai pelatih inginnya hal itu tidak ada lagi, karena akan berdampak pada semuanya,” kata pelatih cabang renang Albert Susanto.

Tim renang juga sangat berharap dengan bantuan peralatan. Yang sudah pasti dibutuhkan adalah anggaran untuk alat recovery atlet. Alat ini dinilainya cukup penting untuk pengembalian fisik atlet.

“Alat ini memang cukup mahal, makanya kita meminta agar pemerintah bisa membantu,” tambahnya.

Begitu juga cabang layar yang akan berlaga di Incheon nanti juga mengeluhkan belum dimilikinya peralatan yang setara dengan kualitas peralatan yang dimiliki para pesaingnya nanti.

Pelatih cabang layar Oka sulaksana mengatakan cukup terganggu dengan kondisi peralatan yang dipakai atletnya, yang bisa dikatakan tidak baru lagi, dan tidak seperti peralatan baru yang bakal dipakai para calon pesaingnya.

“Saat uji coba ke Thailand saya kaget. Atlet negara lain sudah menggunakan peralatan baru. Hanya kita yang belum menggunakan. Kami berharap peralatan baru bisa segera turun,” kata Oka.

Adaptasi dengan peralatan baru, dikatakan Oka, sangat dibutuhkan. Seharusnya, penyesuaian dengan peralatan baru dilakukan lima bulan sebelum pertandingan resmi digelar.

Masalah itu sendiri tidak cukup mengejutkan bagi para pengurus cabang induk organisasi olahraga, sebelumnya jauh-jauh hari sebelum dimulainya pelatnas, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo telah memberi sinyal bahwa pemerintah tidak bisa berbuat banyak tentang masalah pendanaan untuk berpartisipasi di multi event olahraga seperti Asian Games itu.

Menpora mengatakan, pemerintah hanya bisa mempersiapkan dana yang minin bagi pelaksanaan pelatnas Asian Games 2014 itu.

“Pemerintah tetap akan memberikan bantuan tapi nilainya minim,” kata Menpora. AN-MB