Foto: Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H.,(kanan) bersama Tim Verifikasi Lapangan Penghargaan Inovasi PPPA Mirawati Sudjono Akt.,MS.c. (kiri).

Bangli (Metrobali.com)-

GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali yang belum genap berumur setahun setelah resmi diperkenalkan ke publik memang ibarat bayi yang baru lahir tapi sudah langsung “berlari kencang” menorehkan prestasi dalam membangun SDM Bali.

Betapa tidak, progam inovasi pengembangan karakter emas sekolah calon ayah dan ibu dari lembaga di bawah KPRK (Koperasi Perempuan Ramah Keluarga) ini walau baru berjalan beberapa bulan dan ibarat “seumur” jagung ternyata sudah “melesat dan bersinar” diakui dan diapresiasi tiga kementerian.

Yakni Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga yang teranyar dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

“Kami bersyukur ibarat bayi baru lahir tapi progam kami sudah diakui dan diapresiasi tiga kementerian. Ini jadi motivasi tersendiri untuk GTS Institute,” kata Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah  Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., Minggu pagi (1/12/2019).

Hal ini disampaikan kepada awak media di sela-sela menerima kunjungan Tim Verifikasi Lapangan Penghargaan Inovasi PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) di Yayasan ABSA (Amara Bhawana Sastra) yang berlokasi di Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

GTS Institute Bali masuk nominasi Penghargaan Inovasi PPPA dari Kementerian PPPA berkat progam pengembangan karakter generasi emas sekolah calon ayah dan ibu.

Progam ini juga dilaksanakan di Yayasan ABSA sebagai salah satu Laboratorium Hidup GTS Institute Bali dalam ikut mencetak  Generasi Emas Indonesia tahun 2045.

GTS Institute Bali sejak diresmikan tanggal 31 Mei 2019 di Yayasan ABSA sudah berkolaborasi melakukan berbagai aksi nyata dengan yayasan ini. Seperti menggelar aksi parenting, bonding, pengembangan pendidikan karakter anak-anak, aksi sayangi diri, sosialisasi permainan tradisional dan lain-lain.

Sekolah calon ayah ibu ini diperuntukkan bagi kalangan generasi muda, laki-laki dan perempuan (yang bukan calon pasangan maupun yang calon pasangan) guna mempersiapkan mereka menuju jenjang berumah tangga, menjadi calon ayah dan ibu.

Sekolah bagi calon ayah dan ibu yang diselenggarakan GTS Institute Bali ini mencakup sejumlah materi pembelajaran. Yakni tantangan mendidik anak sebelum lahir, keluarga bahagia, proses pendidikan anak sebelum lahir.

Lalu materi tentang kelahiran anak suatu harapan mulia, neuro linguistic programming dan meditasi kesehatan, pengetahuan umum tentang penyakit dan gizi.

Berikutnya yang sangat penting pula adalah  pemahaman pendidikan 1000 hari pertama kehidupan, pengetahuan rumah sehat dan bahagia, pengetahuan masalah hukum. Lalu pengetahuan tentang kepribadian hingga pengelolaan keuangan keluarga yang efektif.

GTS Institute juga progam kesadaran diri generasi emas, progam pengembangan diri, kajian-kajian akademis, memberi layanan psikotes dan layanan konseling pranikah dengan melibatkan sejumlah psikolog.

GTS Institute Bali didukung oleh tenaga pengajar yang memiliki komitmen total terhadap kualitas kesarjanaan penuh serta memiliki pengalaman dan wawasan luas tentang pengetahuan psikologi, komunikasi, obstetri, ginekologi, pediatri, ekonomi, lingkungan, arsitektur dan hukum.

“GTS Institute calon pemenang Penghargaan Inovasi PPPA. Dalam penilaian ini kami lebih menghargai kalau sudah ada yang mereplikasi oleh kelompok masyarakat, dalam hal ini dengan Yayasan ABSA. Progam GTS Institute ini baik untuk ditiru oleh kelompok masyarakat yang lain,” kata Mirawati Sudjono Akt.,MS.c., Tim Verifikasi Lapangan Penghargaan Inovasi PPPA.

Tujuan penghargaan ini untuk mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan anak. Kedua, untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam menghasilkan program inovasi. “Kan permintaan Pak Jokowi agar kita terus berinovasi,” kata Mirawati Sudjono.

Ketiga, sebagai bentuk penghargaan kepada program-program inovasi yang diinisiasi oleh kelompok masyarakat. Keempat, untuk membangun database progam-program inovasi.

Kelima, memfasilitasi pertukaran pengalaman antar unit pelaksana. Jadi ada sharing knowledge (berbagi informasi).

“Jadi ini progam untuk mempercepat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,” tegas Mirawati Sudjono.

Pihaknya juga mengapresiasi progam-program pengembangan karakter dari GTS Institute ini sebab sejalan dan selaras dengan visi misi Presiden Jokowi untuk Indonesia khususnya dengan meningkatkan kualitas SDM.

Menurut Tim Verifikasi Lapangan Penghargaan Inovasi PPPA, progam GTS Institute Bali ini sudah sangat bagus implementasinya, bahkan jauh lebih bagus dari perencanaan dan ekspektasi.

“Implementasinya jauh lebih bagus dari apa yang disampaikan di proposal,” ungkap Mirawati Sudjono.

Dalam Penghargaan Inovasi PPPA, para peserta yang berhasil masuk tujuh besar akan menerima penghargaan yang akan diberikan pada 22 Desember 2019, atau tepat pada perayaan Hari Ibu.

Sebelumnya program pengembangan karakter generasi emas sekolah calon ayah dan ibu GTS Institute Bali juga diakui dan diapresiasi Kementerian Agama serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Misalnya GTS Institute Bali dipercaya Kemendikbud untuk menjalankan Program Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga bagi Masyarakat “Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaran Pendidikan” di Auditorium Perdiknas Denpasar, Rabu (30/9/2019) yang diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan di Bali.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Hindu Kementerian Agama (Kemenag) RI Prof. Drs. Ketut Widnya, MA, M.Phil, Ph.D., juga mengakomodir program sekolah calon ayah dan ibu GTS Institute Bali. Bahkan pihaknya mendorong agar program ini diakomodir menjadi progam nasional.

“GTS Institute ingin memutus mata rantai permasalahan anak. Dan kita hanya punya waktu 26 tahun lagi menyongsong generasi emas Indonesia 2045,” kata Tini Gorda.

Terkait Penghargaan Inovasi PPPA ini, Tini Gorda yang juga Ketua Umum BKOW (Badan Kerjasama Organisasi Wanita) Provinsi Bali ini berharap nantinya tujuh terbaik penerima penghargaan ini agar bisa didukung penuh untuk mempercepat eksekusi lima progam prioritas Kementerian PPPA.

Yakni pertama peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan. Kedua, peningkatan peran ibu dalam pendidikan anak. Ketiga, penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Keempat, penurunan pekerja anak. Kelima, pencegahan perkawinan anak.

“Program GTS Institute ini diinisiasi jauh sebelum kami tahu akan ada program Penghargaan Inovasi PPPA ini. Jauh sebelum Kemenko PMK launching sertifikat pra nikah,” imbuh Tini Gorda yang juga Ketua DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Provinsi Bali ini.

Mulai tahun 2019 ini program pendidikan pengembangan karakter emas calon ayah dan ibu ini juga diimplementasikan di lembaga pendidikan lainnya seperti di SMP Nasional dan SMK Teknologi Nasional di bawah naungan Perdiknas Denpasar hingga di perguruan tinggi STIE Satya Dharma Singaraja.

“Nantinya mereka dapat sertifikat pernah ikuti progam pendidikan karakter calon ayah dan ayah sebagai pendamping ijazah,” pungkas Tini Gorda yang juga merupakan putri pendiri Perdiknas Prof. IGN Gorda (almarhum) ini. (wid)