Keterangan foto: Dies Natalis ke-59 Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Jumat (17/5/2019)/MB

Manado, (Metrobali.com) –

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan telah mempersiapkan diri dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang akan berdampak pada segala bidang, termasuk pertanian. Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry menyampaikan hal tersebut dalam pidato ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-59 Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Jumat (17/5/2019).

Balitbangtan sebagai lembaga riset di bawah Kementan memiliki peran strategis dalam konstelasi pembangunan pertanian nasional. Menurut Fadjry, penelitian dan Pengembangan dalam perspektif ke depan harus berada di garda terdepan untuk menjawab tantangan di masa mendatang melalui riset yang berorientasi output dan outcome. “Hal ini seperti yang telah digariskan Menteri Pertanian dalam Peta Sasaran Strategis Kementerian Pertanian,” jelasnya.

Kepala Balitbangtan yang menjabat sejak Februari 2019 ini menambahkan, dalam menyongsong era industri 4.0 ini menuntut kesiapan sumberdaya litbang pertanian untuk dapat menghasilkan inovasi pertanian yang sesuai dengan era industri 4.0. “Era Revolusi Industri 4.0 dicirikan dengan operasionalisasi sistem usaha pertanian berbasis Artificial Intelegence (AI), Internet of Things (IoT), serta Cyber Physical Systems (CPS),” Tambahnya.

Dalam pidatonya, Fadjry mengajak seluruh stakeholder Balitbangtan, termasuk dari kalangan akademisi untuk ikut berkontribusi dalam mempersiapkan diri memasuki era Industri 4.0 ini. “Badan Litbang Pertanian beserta segenap stakeholder, termasuk akademisi di Perguruan Tinggi untuk bersama-sama berkontribusi dalam menggagas pemikiran-pemiiiran untuk memformulasikan strategi adaptasi dan  tranformasi menuju era Industri 4.0,” tegasnya.

Fadjry mengungkapkan, dalam merumuskan strategi tersebut perlu mencermati beberapa hal, antara lain dengan memformulasikan perencanaan riset dan pemanfaatan hasilnya dengan memperhatikan teknologi AI, IoT serta CPS. Kemudian, pentingnya penciptaan inovasi pertanian yang memanfaatkan teknologi digital dalam sistem usaha pertanian, penciptaan inovasi alat dan mesin pertanian yang dikontrol secara otomatis, serta penciptaan inovasi pertanian yang mendukung implementasi precision farming.

Beberapa strategi tersebut secara operasional sebagian telah digagas dalam program dan kegiatan utama Balitbangtan. Seperti dalam inovasi KATAM (Kalender Tanam) Terpadu, salah satu inovasi berbasis teknologi informasi yang dapat memberikan pedoman waktu tanam, lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta informasi lain yang dibutuhkan oleh pengguna, khususnya penyuluh dan petani.

Pada sisi lain, Balitbangtan telah mendukung salah satu Nawa Cita Presiden RI dalam membangun dan mengembangkan Taman Sains dan Taman Teknologi Pertanian, yang juga dapat diintegrasikan dengan model kawasan pertanian berbasis korporasi petani. “Dua model hilirisasi inovasi pertanian ini, telah sebagian besar menerapkan karakteristik pertanian era Revolusi Industri 4.0,” ungkapnya.

Selain menghasilkan inovasi pertanian yang bersifat public domain, Balitbangtan hingga tahun 2018 juga telah menghasilkan 319 paten terdaftar, dan 148 diantaranya telah dikabulkan (granted) oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemenkumham. “Diantara lembaga litbang pemerintah, jumlah paten granted yang diperoleh Balitbangtan merupakan yang terbanyak,” jelas Fadjry.

Selain paten, Balitbangtan juga telah menghasilkan lebih dari 500 varietas terdaftar dan 102 diantaranya telah diajukan permohonan untuk dilindungi. Saat ini telah terbit sertifikat Perlindungan Varietas Tanaman untuk 59 varietas.

Editor: Hana Sutiawati