Kalteng, (Metrobali.com)-

Kawasan pengembangan food estate di Kalimantan Tengah (Kalteng), tepatnya di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang Pisau dimana sebagian besar lahan sawahnya terdiri dari lahan rawa. Pada lahan tersebut kandungan unsur mikro seperti zat besi (Fe) dan Natrium (Na) sangat tinggi, sehingga untuk meningkatkan produksi padi perlu perlakuan khusus.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian telah memiliki inovasi teknologi yang siap diterapkan di kawasan food estate tersebut untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi. Teknologi budidaya padi sawah pasang surut intensif, super dan aktual atau yang dikenal dengan teknologi budi daya padi RAISA. Aplikasi teknologi RAISA ini diharapkan dapat meningkatkan hasil dan meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 atau bahkan IP 300 dalam satu tahun.

Saat mendampingi Menteri Pertanian di sela-sela kunjungan Presiden RI ke Desa Belanti Siam, Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry menyampaikan bahwa kondisi existing sebelumnya di kawasan food estate ini, produktivitas padi masih di bawah produktivitas nasional yakni hanya 2-4 ton/ha.

“Balitbangtan menerapkan teknologi RAISA di kawasan food estate, dimana akan dapat meningkatkan produkvitas padi menjadi 5-6 ton/ha,” ujarnya.

Lebih lanjut Fadjry juga menyampaikan bahwa teknologi RAISA ini sudah teruji pada lahan rawa pasang surut diantaranya di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

“Sebelum diaplikasikan di kawasan food estate ini, teknologi RAISA berhasil dikembangkan di beberapa sentra padi yang lahannya sama-sama lahan rawa pasang surut, hasilnya  dapat meningkatkan produksi padi 13-20%,” ujarnya.

Teknologi RAISA merupakan teknologi yang dirancang khusus untuk budi daya padi di lahan rawa dengan mengadopsi beberapa teknologi pengelolaan lahan rawa yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan. Teknologi RAISA yang dirilis tahun 2018 ini telah diuji melalui demfarm dibeberapa lokasi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan dan berhasil meningkatkan produktivitas padi lahan rawa pasang surut.

Teknologi ini komponennya aktual, karena menggunakan hasil inovasi Balitbangtan terkini untuk pengelolaan dan sistem produksi padi di lahan rawa pasang surut. Dikatakan intensif karena teknologi ini mendorong peningkatan hasil dan peluang peningkatan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 atau bahkan IP 300. Teknologi ini prospektif untuk dikembangkan pada lahan rawa pasang surut termasuk di kawasan pengembangan Food Estate di Kalimantan Tengah.

Selanjutnya di tempat terpisah Kapuslitbangtan Dr. Priatna Sasmita, menjelaskan bahwa paket teknologi RAISA meliputi: penggunaan varietas unggul baru spesifik lahan rawa, pengelolaan/tata air mikro, pemanfaatan pembenah tanah, pemupukan spesifik berdasarkan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR), pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, serta mekanisasi pertanian.

Selain penggunaan varietas spesifik, kunci keberhasilan lain yang mendukung adalah pengelolaan lahan, air dan hara yang tepat. Pemberian kapur pertanian dan pembenah tanah memegang peranan penting karena mampu memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan varietas padi di lahan rawa.

“Dengan paket pengelolaan lahan rawa ini akan optimal dalam meningkatkan produksi dan produktivitas padi,” ungkap Priatna.

Editor : Sutiawan