Tjandra Yoga Aditama

Jakarta (Metrobali.com)-

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menerbitkan buku kecil sebagai sosialisasi kepada masyarakat mengenai wabah Ebola.

Wabah Ebola kini tengah melanda benua Afrika dan telah dinyatakan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia (PHEIC) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

“Buku ini saya harapkan dapat membantu menjelaskan ke masyarakat tentang Ebola dan masalahnya di dunia, serta kemungkinan kaitannya dengan Indonesia,” ujar Kepala Balitbangkes Kemenkes Tjandra Yoga Aditama dalam surat elektroniknya di Jakarta, Kamis (4/9).

Dalam buku tersebut dimuat 11 topik bahasan mengenai Ebola yaitu jenis spesies virus yang ada, penularan dan gejala, diagnosis, perawatan, prognosis, program penanggulangan, penyebaran melalui penerbangan internasional, Kedaruratan Kesehatan Internasional, kenapa Ebola dinyatakan PHEIC, apa yang harus dilakukan masyarakat serta panduan bagi WNI yang hendak bepergian ke Afrika dan juga ke Arab Saudi.

Sementara itu, karena situasi Ebola masih belum terkendali, Tjandra memaparkan beberapa kegiatan terus diaktifkan oleh para ahli kesehatan termasuk tiga kegiatan penting.

“Pertama, pada awal September ini Liberia memperkenalkan program ‘safe air travel’. Kedua, WHO mengeluarkan ‘roadmap to scale up international response to Ebola outbreak’. Ketiga, khusus untuk pengobatan, maka hari ini dan besok, 4 dan 5 September, dilakukan pertemuan di kantor WHO Jenewa tentang potensi obat dan vaksin untuk Ebola,” ujarnya.

Penyakit Ebola berbahaya karena tingkat kematiannya yang tinggi dan penularannya yang cepat seperti dalam kasus di negara Kongo dimana satu kasus menular kepada 24 suspek dan menimbulkan 13 kematian dalam 20 hari saja.

Di desa Ikanamongo di Kongo, seorang wanita hamil melakukan kontak dengan binatang mati yang diberikan oleh suaminya dan meninggal 11 Agustus 2014 dengan demam dan perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.

Karena awalnya tidak diketahui sebagai Ebola maka pasien ditangani di klinik setempat sebagaimana pasien biasa dan dimakamkan dengan upacara pemakaman biasa.

Selepas pemakaman, antara 28 Juli sampai 18 Agustus ditemukan 24 kasus suspek Ebola yang semuanya pernah kontak dengan ibu hamil yang meninggal dengan Ebola di atas dengan 13 diantaranya meninggal.

Dari yang tertular dan meninggal dan kontak dengan ibu hamil dengan Ebola itu termasuk satu dokter dan dua perawat yang menangani ibu hamil sebelum diketahui bahwa menderita Ebola, dua petugas kebersihan/penjagaa klinik tempat berobat serta orang-orang yang kontak dengan staf klinik tanpa kontak langsung dengan pasien.

“Artinya, ibu hamil ini menulari petugas klinik, lalu petugas klinik menulari lagi orang-orang lain yang kontak dengan mereka termasuk orang-orang yang menangani jenazah ibu hamil ini ketika pemakamannya,” ujar Tjandra menjelaskan.

WHO masih menunggu konfirmasi laboratorium rujukan untuk kasus yang akan merupakan wabah Ebola keenam di negara yang dulu namanya Zaire dan sekarang namanya Democratic Republic of Congo.

“Tentu kita semua perlu terus waspada tentang penyabaran Ebola ini. Khususnya, karena hari ini WHO melaporkan kasus baru Ebola di Senegal, sehingga dari awalnya tiga negara maka kini sudah menjadi enam negara di Afrika yang terjangkit Ebola,” demikian Tjandra. AN-MB