batu permata

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali mengekspor berbagai jenis perhiasan (permata) ke pasaran luar negeri senilai 6,31 juta dolar AS selama bulan Maret 2015, meningkat 52,66 persen dibanding bulan sebelumnya 4,13 juta dolar AS.

“Perolehan tersebut meningkat 1,75 persen jika dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (Maret 2014) tercatat 6,20 juta dolar AS,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Rabu (20/5).

Ia mengatakan, permata dalam bentuk berbagai jenis perhiasan untuk wanita hasil sentuhan tangan-tangan terampil prajin Bali paling banyak diserap pasaran Singapura yakni 26,08 persen.

Selain itu juga diserap pasaran Amerika Serikat 9,77 persen, Jepang 0,43 persen, Australia 15,11 persen, Hong Kong 20,95 persen, Prancis 1,28 persen, Spanyol 1,35 persen, Yunani 0,38 persen, Inggris 1,12 persen dan Belanda 6,74 persen.

Sedangkan 16,79 persen sisanya diserap oleh berbagai negara lainnya, karena permata yang dikombinasikan dengan cincin, bros dan aneka jenis perhiasan wanita lainnya sangat disenangi konsumen luar negeri.

Panasunan Siregar menambahkan, hasil perhiasan dibuat dalam berbagai bentuk rancang bangun (disain) yang ditekuni perajin Desa Celuk, Batubulan, Kabupaten Gianyar, selain menembus pasaran luar negeri juga sangat diminati wisatawan mancanegara dalam liburannya ke Pulau Dewata.

Hasil produksi sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali itu berupa aneka jenis perhiasan untuk wanita dari semua umur, berupa cincin, kalung, perhiasan telinga dan anggota tubuh lainnya.

Bali mewarisi empat jenis batu akik dengan harapan mampu menambah citra Pulau Dewata bagi pencinta dan penggemar benda seni yang belakangan ini sangat digemari masyarakat luas.

Keempat jenis batu akik itu terdiri atas batu badar, serawat kawat, batu badar emas dan batu krishna. Menurut salah seorang kolektor batu akik, Haji Imam Bukhari Bali yang dikelilingi pantai, daerah pegunungan dengan panorama alam yang indah menyimpan batu akik yang tidak kalah indahnya dibandingkan dengan daerah lainnya.

Dengan demikian Bali menjadi perhitungan para pencinta batu akik, setelah ditemukan beberapa buah batu akik yang bertabur emas cukup menarik perhatian masyarakat luas.

Batu akik yang bertabur emas itu disebut Batu Badar berasal dari Desa Pulaki, Kabupaten Buleleng, Bali utara. Keunikan batu akik asal Bali dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia karena mengandung kadar emas, dan warna hijau seperti lumut.

Wisatawan dalam dan luar negeri yang sedang menikmati liburan di Bali yang menyenangi batu akik ikut berburu yang banyak dipajangkan di toko penjual cinderamata.

Cinderamata berupa gelang, batu akik dan pernak pernik lainnya sebagai perhiasan pria dan wanita kini menjadi mode masyarakat Bali saat melakukan kegiatan ritual, sehingga usaha industri skala rumah tangga itu mencuat ke permukaan. AN-MB