Denpasar (Metrobali.com)-

Dinas Perkebunan Bali berupaya bisa membina petani menjadi pengusaha (pebisnis) dengan mengolah hasil produksinya untuk siap dipasarkan dengan harapan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

“Kami bina petani kopi yang tergabung dalam Subak Abian (organisasi tradisional) untuk menjadi pebisnis walaupun dalam skala kecil-kecilan,” kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Ir Dewa Made Buana Duwuran, MP di Denpasar Sabtu (25/1).

Ia mengatakan, pembinaan itu dilakukan bersama lintas sektoral dengan mengundang selain dari petugas Dinas Perkebunan juga melibatkan Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan dan pengusaha sendiri, untuk memacu agar petani tertarik menjadi pebisnis.

Petani dalam berproduksi cukup dihandalkan, tetapi setelah itu terutama pada pasar akan menghadapi kendala, oleh sebab itu petani dibina dalam mengolah produksi, memasarkan dengan cara berkoperai.

“Bagaimana cara memperoduksi mata dagangan supaya laku ke pasaran, itu dinas perdagangan yang memberikan binaan,” ujar Dewa Made Buana, sambil menyebutkan bahwa masyarakat yang mulai dibina itu adalah petani Kopi.

Bali memiliki sekitar 1.127 buah subak abian (organisasi petani lahan kering) yang tersebar di daerah pedesaan dan organisasi ini sebagai mitra Dinas Perkebunan Provinsi Bali dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan daerah ini.

Salah satu Subak Abian yang kiprahnya telah terkenal di Bali adalah Subak Abian Batur Pendem di Banjar Margasari Desa Pujungan, Tabanan aktivitas kelompok Subak Abian ini cukup aktif dalam pembangunan perkebunan.

Subak dipimpin I Wayan Dira bergerak dibidang perkebunan kopi robusta. Secara berkala motivasi dilakukan kepada petani sehingga kelompok Subak Abian Batur Pendem ini cukup solid menjadi satu kesatuan kelompok yang aktif.

Ia menyebutkan, luas areal kopi robusta pada kelompok Subak Abian Batur Pendem ini mencakup 350 hektare, adapun rata-rata produksi 650 Kg/Ha. Hasil produksi kopi Robusta Subak Abian ini sebagian diekspor ke Taiwan dan Belgia.

Petani lewat unit usaha mengapalkan kopi hasil petikan petani setempat sebanyak satu ton setiap tiga bulan sekali, dan sisa produksinya kemudian diolah menjadi kopi bubuk yang siap untuk memenuhi pasar setempat, demikian Dewa Made Buana. AN-MB