wisatawan-china

HUBUNGAN  kerja sama antara China dengan Indonesia, khususnya Bali terjalin sejak abad XII. Di Bali sisa hubungan itu bisa dijumpai hingga sekarang antara lain dalam bentuk pementasan kesenian, tempat suci maupun arsitektur bangunan yang bercirikan khas China.

Bahkan penggunaan uang China (pis bolong) dalam berbagai ritual keagamaan bagi umat Hindu di Bali hingga kini masih berlaku. Akulturasi seni budaya China dengan seni budaya Bali terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dapat memperkokoh serta memperkuat kehidupan seni budaya Bali yang diwarisi secara turun temurun.

Akultutasi seni budaya China dengan seni budaya Bali menyangkut berbagai aspek kehidupan, namun sulit dibayangkan prosesnya karena sudah terjadi beberapa abad yang lalu.

Akulturasi itu antara lain menyangkut proses berkesenian dan berbudaya masyarakat yang dapat dibuktikan antara lain dalam tari baris China, Patra China, barong landung dan penggunaan uang kepeng (pis bolong) perlengkapan berbagai upacara adat dan ritual di Bali.

Peradaban bangsa China sebelum masehi lebih tinggi dari masyarakat Bali, sehingga secara hipotesis, masyarakat yang peradabannya lebih rendah akan mengadaptasi ilmu pengetahuan maupun teknologi dari berperadaban lebih tinggi, tutur Pengamat sekaligus Praktisi Pariwisata Bali, Tjokorda Gede Agung.

Bangsa China waktu itu sudah mampu menulis di atas batok kepala kura-kura, kain sutra dan membuat alat pemanas dengan tempratur tinggi sehingga bisa mengganti zaman batu menjadi zaman suasa, yakni logam campuran emas dan tembaga.

Sedangkan peradaban masyarakat Bali sebelum masehi itu tidak dapat dibandingkan dengan orang-orang China, sehingga lebih banyak menerima dari pada memberikan pengaruh.

Tjokorda Gede Agung yang juga pengamat seni budaya Bali menjelaskan, bahwa masyarakat China sejak dulu mengenal Bali sebagai Pulau Surga. Kedekatan hubungan emosi dan kebudayaan antara China dan Bali itu memiliki andil dalam hal membuka hubungan yang lebih luas antara Indonesia- China.

Kondisi itu menyebabkan kedatangan turis luar negeri khususnya dari China yang mengaku berlibur sambil menikmati keindahan alam, seni budaya yang ada diantaranya mirip dengan yang ada di China, jumlahnya bertambah terus.

Kedatangan turis China ke Bali memang bertambah banyak, namun jumlah yang ada sekarang relatif masih sedikit jika dibandingkan dengan masyarakat negeri tersebut yang melakukan perjalanan wisata ke luar negeri.

“Peluang untuk bisa menggaet wisatawan mancanegara asal China masih besar, tentu dengan berbagai upaya supaya mereka mau datang ke Bali,” tutur Tjokorda Gede Agung.

Turis China yang datang berlibur ke Pulau Dewata selama tahun 2012 hanya mencapai 310.000 jiwa sangat kecil, jika dibandingkan dengan masyarakat China melakukan plesiran ke luar negeri yang mencapai lebih dari 70 juta orang.

Dengan demikian, harapan peningkatan kunjungan wisman asal China masih terbuka lebar, tentu dengan kerja keras baik para komponen industri pariwisata, pemerintah maupun masyarakat dalam berbenah diri sesuai porsi masing-masing.

Pengeluaran terbesar Tjok Agung mengatakan, sesuai laporan badan pariwisata dunia UNWTO (United Nation World Tourism Organization) tahun 2013 menunjukkan, pengeluaran wisatawan asal China adalah yang paling besar dibandingkan negara-negara lainnya.

Pada tahun 2012 misalnya, pengeluaran wisatawan asal China mencapai 102 miliar dolar AS atau meningkat hingga 37 persen jika dibandingkan perioda sama tahun sebelumnya dan angka itu melebihi pengeluaran negara lainnya.

Jerman kala itu dengan pengeluaran sebesar 84 miliar dolar per tahun dan Amerika Serikat dengan pengeluaran sebesar 83 miliar dolar. Tinggi pengeluaran wisman asal China didukung dengan banyaknya jumlah penduduk negeri itu yang tercatat 1,35 miliar jiwa.

Kedatangan turis asing ke Bali saat ini masih didominasi oleh masyarakat Australia 750.000 orang atau sekitar 25,31 persen dari seluruh kunjungan turis asing ke Bali selama 2013 hingga November tercatat 2,9 juta orang.

Menyusul turis asal China tercatat 361.311 orang atau 12,13 persen, dari seluruh kedatangan turis asing ke Bali, sedangkkan peringkat tiga adalah turis Jepang 192.391 orang atau 6,45 persen.

Menyaksikan data tersebut maka turis asal China yang datang berlibur ke Pulau Dewata relatif masih sedikit jika dibandingkan potensi yang ada, maka masih memiliki peluang besar untuk bisa mendatangkan turis dari negeri Tirai Bambu itu ke Bali tutur Tjok Agung.

Sekretaris Ditjen Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gusti Ngurah Putra pada acara “Inauguration Flight Hainan Airlines” di Nusa Dua, Bali menjelaskan, China merupakan pasar utama pariwisata Indonesia yang setiap tahun memberikan kontribusi cukup besar terhadap kunjungan wisatawan mancanegara.

Pihaknya optimistis kunjungan wisatawan China akan meningkat seiring semakin mudahnya aksesibilitas dengan bertambahnya penerbangan langsung dari China ke destinasi pariwisata di Indonesia, seperti dilakukan Hainan Airlines dengan membuka rute baru Beijing-Denpasar mulai 15 Januari 2014.

Penerbangan Hainan Airlines dari Beijing ke Bali menggunakan pesawat Boeing 767-300 ER berkapasitas 223 penumpang dalam tiga kali seminggu ini akan mendorong meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara China ke Indonesia yang tahun ini menargetkan sebanyak 970.000 orang.

China merupakan pasar utama tahun 2013 karena dari jumlah kunjungan wisman ke Indonesia sekitar 8,7 juta, kontribusi wisman China sekitar 800 ribu wisman. Sedangkan tahun 2014 pemerintah menargetkan kunjungan 9,2 juta wisman, di antaranya kontribusi wisman China sebesar 970.000 atau meningkat sekitar 170.000 wisman.

“Ibu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu secara khusus minta kepada jajaran pemasaran pariwisata agar fokus pada pasar China, untuk ini kita menggencarkan promosi serta mempermudah akses penerbangan langsung,” ujar I Gusti Ngurah Putra.

Menparekraf Mari Elka Pangestu pada November 2013 telah mengadakan kunjungan ke China dalam rangka mempromosikan “Wonderful Indonesia” serta melakukan pembicaraan bilateral dengan Pemerintah Provinsi Fujian untuk meningkatan hubungan melalui program “sister province” (Jawa Tengah-Fujian) dan “sister cities” (Surabaya-Fuzhou dan Chengzhou-Palembang).

Peningkatan hubungan tersebut diwujudkan antara lain dengan membuka penerbangan langsung seperti dilakukan Xiamen Air menghubungkan Fuzhou (ibu kota Fujian) dan Jakarta maupun Hainan Airlines dari Beijing ke Bali.

Upaya promosi dan bertambahnya penerbangan langsung itu telah membuah hasil, dengan meningkatnya kunjungan wisman China ke Indonesia. Tahun 2013 menurut data statistik BPS, peningkatan kunjungan wisman dari China paling tinggi dibanding dari negara lain mencapai 125.000 wisman.

Wisman China berkunjung ke Indonesia sebagian besar memilih Bali sebagai tempat favorit berlibur mereka. Sebagaimana hasil polling Beijing “People’s Broadcasting 2011”, Bali merupakan salah satu dari sepuluh tujuan wisata dunia terfavorit masyarakat China, selain Australia, Cape Town, Edinburgh, Hawaii, Madrid, Mesir, Niagara Falls, Paris, dan Swiss. Ketut Sutika/MB