Mangupura (Metrobali.com)-

Subak merupakan lembaga otonom yang bersifat Sosio Agraris Religius telah terbukti sangat adatif dalam menerima ide-ide pembangunan, yang mempunyai peranan sangat nyata dalam menyangga ketahanan pangan,“ucap Plh. Bupati Badung Drs. I Ketut Sudikerta saat membuka Lomba Subak dan Subak Abian se-Badung tahun 2012, Kamis (4/10) yang ditandai dengan pemukulan kul-kul bertempat di Balai Subak Abian Sari Boga Banjar Kiadan Desa Pelaga Kec. Petang.

Hadir pada kesempatan itu DPRD Kab. Badung, Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Pesedahan Agung Kab. Badung I Wayan Adi Arnawa, Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Badung IGA Ketut Sudaratmaja, Kadis Nakkanlut Kab. Badung I Made Badra, Camat Petang, Perbekel Pelaga, Tim Penilai Lomba Subak dan Subak Abian se-Badung tahun 2012, Forum Pekaseh dan Kelian Subak Abian se-Badung, Kelian Adat dan Dinas  Desa Pelaga serta tokoh masyarakat Desa Pelaga.

I Ketut Sudikerta menyampaikan dalam upaya pelestarian, pemberdayaan dan pengembangan mengenai subak dan subak abian Pemkab Badung terus mengambil langkah-langkah dan upaya dengan melalui pembangunan dibidang infrastruktur,  sarana prasarananya serta peningkatan sumber daya petaninya. Selain menjadikan lembaga Subak yang ajeg dari aspek sosial budaya, lembaga Subak juga didorong untuk bisa berkiprah dalam aspek ekonomi dengan memberikan penguatan modal.

Pelaksanaan  kegiatan/aktifitas persubakan jangan hanya pada saat lomba saja/jangan hangat-hangat tai ayam, namun semua kegiatan ini terus dipertahankan dan ditingkatkan serta berkesinambungan. Dengan adanya lomba ini dapat dijadikan media untuk mengetahui sejauh mana petani mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, untuk kesejahteraan bersama serta sarana/jalan agar subak dan subak abian se-Badung khususnya dan Bali umumnya tetap ajeg, lestari, berdaya dan berkembang selamanya serta tetap shanti dan jagadhita,”harapnya.

Lebih lanjut dikatakan, subak merupakan lembaga tradisional pada hakekatnya sangat menjungjung tinggi azas musyawarah mufakat, partisifasi dan kebersamaan. Selain adatif dan fleksibel, subak juga memiliki sifat keturunan yang dituangkan dalam aturan masyarakat yang disebut dengan awig-awig. Untuk menjamin adanya pasokan air irigasi sepanjang masa, upaya koservasi dan penghijauan di kawasan hulu terus diupayakan. Hutan dan Gunung di kawasan hulu diposisikan sebagai kawasan strategis bahkan sebagai kawasan suci. Hutan dan Gunung kita anggap sebagai ibu dari pertanian, dan pertanian sebagai ibu dari budaya/pariwisata, “tuturnya.

Ketua Panitia yang Juga Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Pesedahan Agung Kab. Badung I Wayan Adi Arnawa melaporkan sebelum pelaksanaan lomba ini diawali dengan penyuluhan-penyuluhan/persiapan lomba oleh tim pesedahan dan tim penilai subak dan subak abian se-Badung yang sudah dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2012 lalu. Adapun yang dinilai dalam lomba ini tentang Tri Hita Karana yang merupakan dasar subak dan subak abian  yang dituangkan dalam masing-masing baga meliputi baga parhyangan, pawongan dan palemahan.

Peserta Lomba Subak dan Subak Abian se-Badung tahun 2012 diikuti delapan  subak dari enam Kecamatan di Kab. Badung ini menerima dana bantuan pembinaan masing-masing sebesar Rp 39 juta. Bagi para pemenang lomba nantinya akan mendapatkan piagam penghargaan  serta uang, Juara I mendapatkan piagam dan hadiah uang sebesar Rp. 30 juta, Juara II Rp. 20 juta, Juara III Rp. 15 juta Juara Harapan Rp. 10 juta,  selanjutnya subak dan subak abian yang meraih juara I akan menjadi Duta Kabupaten ditingkat Provinsi Bali pada tahun 2013 yang akan datang,’ucapnya.

Diakhir acara sebagai bentuk motivasi pemerintah terhadap masyarakat, Ketut Sudikerta mepunia pribadi sebesar Rp. 35 juta yang diterima oleh masing-masing kelian subak dan subak abian se-Kab. Badung.  IKA-MB