Foto: Agung Gde Agung, Bupati Badung dua periode (2005-2015) yang kini Anggota DPD RI Dapil Bali periode 2019-2024.

Mangupura (Metrobali.com)-

Tekanan ekonomi yang dihadapi Badung akibat pandemi Covid-19 cukup berat. Sebab sektor pariwisata yang jadi tumpuan dan kebanggaan selama ini terpuruk dihantam pandemi.

Pertumbuhan ekonomi Bali yang minus 10,98%, terendah di Indonesia akibat pandemi Covid-19 menuntut Kabupaten Badung dipimpin oleh seorang pemimpin profesional 2021-2024 ke depan.

Lebih-lebih, Made Ricky Darmika Putra Ketua Bali Hotel Association (BHA), Kamis (13/8/2020) menegaskan pariwisata Badung tidak akan pulih dalam waktu dekat. Banyak hotel tutup bahkan tidak bisa bayar listrik karena tidak adanya turis yang menginap.

Merespons situasi riil tersebut, Anak Agung Gde Agung, Bupati Badung dua periode 2005-2015 mengupas sosok pemimpin yang dibutuhkan Bumi Keris, Badung. Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Kecamatan Mengwi, Badung menegaskan seorang pemimpin harus dipilih secara demokratis.

“Artinya tidak ada paksaan maupun rekayasa kepentingan. Seorang pemimpin juga harus benar-benar bisa dipercaya oleh rakyatnya, kata Anak Agung Gede Agung yang juga Anggota DPD RI Dapil Bali ini, ditemui Kamis (13/8/2020).

Selain itu, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1976) kelahiran Badung, 25 Mei 1949 itu mengatakan seorang pemimpin wajib memiliki people power (suara rakyat), berpikiran freedom tidak dalam intimidas.

Pemimpin juga harus memperhatikan human right atau tetap menjaga hak asasi manusia, mengandung kesetaraan dalam bersikap, memiliki kemampuan persuasif atau mampu mengarahkan rakyatnya, memiliki kewibawaan dan membuat marwah suatu lembaga terjaga dengan baik.

Seorang pemimpin ungkapnya harus mengerti dan paham bahwa negosiasi yang baik juga diperlukan. Dari sikap-sikap yang dilahirkan dari sosok pemimpin itu tadilah yang kita bingkai lagi yang disebut dengan 4 pilar kebangsaan.

Selama memimpin Badung selama 10 tahun, Anak Agung Gde Agung mengaku tidak pernah merasa khawatir dikritik, khususnya oleh wartawan. Dari kacamata jurnalis, ungkapnya Pemkab Badung saat itu bisa tahu situasi riil di lapangan. Bagi seorang Anak Agung Gde Agung jurnalis merupakan jendela publik.

Lebih lanjut, jelas senator dari Bali ini, seorang pemimpin menurut filosofi Yunani kuno adalah seni retorika atau seni berbicara. Pemimpin itu harus memiliki Ethos, Logos, Pathos dalam dirinya.

Ethos yang dimaksud adalah pemimpin yang dapat dipercaya atau pemimpin yang setiap kali mengucapkan kata-kata harus berdasarkan dengan fakta dan kebenaran serta terdapat tata nilai yang dijunjung tinggi. “Pemimpin biasanya tidak sadar kalau sering mengumbar janji muluk agar terpilih,” ungkapnya.

Selanjutnya, Logos berarti seorang pemimpin mampu mempengaruhi orang lain dengan menyampaikan sesuatu yang masuk akal; bukan dengan membual atau berkhayal untuk bisa mencapai keinginan.

“Sementara Pathos adalah membangun hubungan emosional atau yang berhubungan dengan emosi manusia,” ungkap sosok yang kini duduk di DPD RI.

Ditambahkannya, selain filosofi Yunani kuno yang menjadi gambaran seorang pemimpin, filosofi Bali juga tak kalah penting menjadi pertimbangan. Antara lain yang tertuang di dalam Tri Hita Karana dan Tri Kaya Paripurna.

Filosofi Bali merangkum sifat-sifat dasar menjadi seorang pemimpin yang ideal. “Berpikir yang bersih dan suci (manacika), berkata yang sopan dan benar (wacika), berbuat yang jujur, baik dan benar (kayika). Itulah seorang pemimpin sebenarnya,” tutup Anak Agung Gde Agung. (dan)