Lingkara (1)

Awali Tugas, Bekraf Denpasar Lakukan Roadshow

 

Denpasar (Metrobali.com)-

Satu hal penting yang menjadi dasar dari pelaksanaan program-program sebuah lembaga, terlebih lembaga  baru, adalah mengenali seluruh potensi dan persoalan nyata yang berada di dalam lingkup tugas dan fungsi dari lembaga tersebut. Pengetahuan yang baik mengenai dua hal itulah yang menuntun jalan lembaga yang bersangkutan merancang program-program yang tepat, dan setelah menjalankannya dengan baik dan konsisten akan dapat meraih kesuksesan.

Demikian disampaikan oleh I Gusti Putu Anindya Putra selaku Kepala Badan Kreatif (Bekraf) Denpasar menjelaskan soal kunjungannya ke komunitas-komunitas kreatif di Kota Denpasar untuk memperkenalkan diri sekaligus meminta masukan dan saran dari para pekerja kreatif di seluruh Kota Denpasar.

“Untuk menyerap dan merasakan situasi riil di lapangan, kami tidak mengundang mereka ke tempat kami melainkan melakukan roadshow, mendatangi mereka satu persatu, untuk mendengar segala sesuatu berkait dengan aktivitas kreatif di kota ini langsung dari sumbernya. Dengan begitu kami berharap dapat memulai (mengerjakan) tugas kami dengan pengetahuan yang benar sebagaimana yang terjadi di lapangan,” imbuh Anindya.

Menurut mantan Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Denpasar ini, sedapat mungkin secara berkala pihaknya mengunjungi satu persatu seluruh komunitas kreatif yang ada di kota Denpasar, baik komunitas yang dibentuk oleh para pegiat kreatif berdasarkan kesamaan minat atau profesi, maupun oleh sekaa teruna-teruni di banjar-banjar. Sejauh ini komunitas kreatif yang sudah mereka kunjungi dalam roadshow pertamanya antara lain komunitas Comicotupia, Chuschus Gallery, Lingkara Photo Community, Jatijagat Kampung Puisi, Aliansi Peduli Bahasa Bali, Komunitas Kreatif SMAN 3 Denpasar, dan STIMIK Primakara.

Dalam setiap kunjungan itu Anindya dan jajarannya selalu memperkenalkan Bekraf Denpasar sebagai sebuah lembaga yang dibentuk atas inisiatif Walikota Denpasar, IB Rai Dharma Wijaya Mantra, untuk meneguhkan jati diri Kota Denpasar sebagai Kota Kreatif yang gerakan ekonominya bersandar pada ekonomi kerakyatan dan ekonomi kreatif yang ramah lingkungan. Batasan bidang tugas yang menjadi ranah garapan lembaga yang baru dibentuk pada 30 Desember 2016 ini mengacu pada rumusan ekonomi kreatif yang dianut oleh Pemerintah Pusat yang terdiri dari 15 sub sektor   yakni arsitektur; periklanan; pasar barang seni; kerajinan; desain; fesyen;  video; film dan fotografi; musik; seni pertunjukan; permainan interaktif; penerbitan dan percetakan; layanan komputer; riset dan pengembangan; dan gastronomi.

Dalam konteks tersebut Bekraf Denpasar ditugasi untuk membangun budaya kreatif, ide kreatif, dengan memberikan pertimbangan kepada Walikota Denpasar untuk dapat dijabarkan ke dalam program-program pemerintah. Tugas lainnya, memberikan masukan dan pertimbangan atas ijin Walikota kepada SKPD terkait dalam penyusunan program-program dan kegiatan yang berbasis kreatif dan budaya lokal; melakukan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat bersama SKPD terkait, untuk akselerasi proses kreatif; melakukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait diluar Pemerintah Kota denpasar dalam rangka mendorong akselerasi proses kreatif di tengah masyarakat Kota Denpasar; mengembangkan jejaring dan ikut mempromosikan produk-produk kreatif Kota Denpasar.

“Sasarannya antara lain mengakselerasi proses kreatif berbasis budaya lokal yang sinergis antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat, guna menumbuhkan jiwa kewirausahaan (entrepreunership) di bidang kreatif yang pada gilirannya akan menggerakkan aktivitas ekonomi di luar pariwisata,” papar  Anindya.

Untuk mencapai tujuan di atas, usaha-usaha yang dilakukan Bekraf Denpasar terdiri dalam dua kelompok besar. Pertama, secara internal yakni dengan mewujudkan dan mengembangkan kreativitas melalui pendidikan, pembelajaran, pembinaan, dan pelatihan; membentuk dan membina masyarakat untuk kreatif dan inovatif berbasis budaya lokal guna memiliki daya saing, terutama generasi muda; mengusahakan dan menyelenggarakan kebutuhan fasilitas-fasilitas untuk teralisasinya hal-hal di atas.

Usaha kedua,  secara eksternal yakni menjalin hubungan kerja sama dengan berbagai pihak, baik didalam maupun diluar negeri; membangun jejaring untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kreatifitas, teknologi, dan produk-produk kreatif; dan mengadakan dan mengikuti event-event baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.

Dalam melaksanakan programnya, pengurus Bekraf Denpasar bergerak dengan menggunakan dana yang diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD ) Kota Denpasar, APBD Kabupaten se Bali, APBD Provinsi Bali, Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), Dana CSR dari Swasta dan BUMN, Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan dan Swasta lainnya yang tidak mengikat.

Masukan

Menyambut sosialisasi tersebut, Yan Palapa, salah seorang pendiri Lingkara Photography Community, menyampaikan masukan bahwa selama ini para pekerja kreatif membuat komunitas karena enggan berurusan dengan birokrasi pemerintah sehingga memutuskan melaksanakan aktivitas kreatif mereka dengan biaya sendiri.  Yan juga menyampaikan bahwa komunitas kreatif membutuhkan ruang ekspresi yang lebih banyak dan beragam, aktivitas promosi, event kreatif yang memberi kesempatan pada semua.

“Jika serius, Bekraf Denpasar dapat berperan untuk hal-hal tersebut. Selama ini kami didata, namun setelah itu kami tak tahu bagaimana tindak lanjut dari pendataan tersebut,” ujar fotografer berambut gimbal tersebut.

Masukan dari para pekerja kreatif lain seputar kesempatan berkreasi dan pendanaannya,  kebutuhan pendampingan manajemen kreatif, pengarsipan, dan perluasan jaringan.

“Selama ini, kami sendiri yang mengupayakan itu semua. Ada yang berhasil. Tapi banyak yang gagal karean keterbatasan kami. Jadi kami berharap Bekraf Denpasar bisa menjembatani hal itu,” ujar Wayan “Jengki” Sunarta dari Jati Jagat Kampung Puisi yang bermarkas di bilangan Renon itu.  RED-MB