Asosiasi Pengusaha Sampaikan Aspirasi pada Puspayoga
Ia menyampaikan masalah yang dihadapi anggota organisasinya. Keberadaan trailer dan kontainer untuk ekspor impor perlu pengaturan sedemikian rupa. “Itu perlu kita atur. Lesilatif, eksekutif, stakeholder seharusnya itu bisa duduk bersama menyelesaikan masalah ini. Selama ini kami kami kecewa sebagai gubernur tak bisa memberikan masukan,” ungkapnya.
Alit menyebut di balik asosiasinya yang tak terlalu besar, setiap bulannya terdapat 1.500 kontainer barang impor. “Pemerintah sudah membuat aturan sedemikian rupa. Tapi aturan itu ada yang membuat baik, celaka bahkan membahayakan pengusaha itu sendiri. Di sinilah perlunya duduk bersama. Tapi bagaimana kita bisa duduk bersama kalau gubernur tidak mau datang. Kami berharap asosiasi pengusaha tidak dipandang sebelah mata. Puluhan ribu orang bergantung pada nasib asosiasi. Itu sangat berdampak multi player efek,” tegas Alit.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Koperasi Ekspor (Aspindo) Bali, Ketut Mara juga menegaskan hal yang sama. “Kami mau bertemu setengah mati. Padahal kami ingin menyampaikan jika alangkah indahnya kalau suatu saat Bali punya tempat pameran besar seperti Singapura. Itu yang ingin kami sampaikan, tapi bertemu saja susah,” ucapnya.
Ia berharap rakyat Bali diberikan peluang untuk mencari uang agar tidak mengutang. “Kami ingin pemimpin yang cerdas dan jujur, bukan pemimpin yang cerdas tapi cerdik,” tuturnya. Saat ini, kata dia, yang dihadapi pengusaha ekspor impor adalah biaya ekspor dari Surabaya ke Bali jauh lebih mahal dari Bali ke Singapura. “Bedanya sebesar US$321 untuk 1 kontainer. Tolong dibangun pelabuhan ekspor internasional. Benoa kapasitasnya masih cukup. Tapi kalau tidak dimungkinkan, bisa di Celukan Bawang,” tutur Mara.
Hal itu diperlukan agar produk Bali tidak berbiaya mahal ketika hendak diekspor. “Berikan kami pelaku keleluasaan agar ekspor difasilitasi supaya produk Bali dalam ekpor tidak high cost. Bali bisa menggali sebesar-besarnya PAD dari ekspor,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Paket PAS, Nyoman Sudiantara menuturkan, menjawab persoalan yang disampaikan sopir taksi, hal itu telah disampaikan oleh pihaknya ketika PAS hadir menemui warga dan pengambil kebijakan di Kuta. “Kami sampaikan, akan dibuat regulasi yang lebih baik, ” kata pria yang akrab disapa Punglik itu.
Soal tuntutan pembangunan pelabuhan berkelas internasional yang diharapkan asosiasi pengusaha kargo, Punglik mengaku akan mengatensi khusus hal itu untuk segera dipertimbangkan untuk direaliasikan. “Asosiasi kargo butuh regulasi yang jelas. Kontainer pasti lewat sana. Butuh masyarakat memberikan input, butuh ahli untuk memberikan masukan. Patut kita pertimbangkan,” kata dia. Soal usulan agar Bali memiliki ruang pameran yang memadai, Punglik mengaku sangat mendukungnya. Menurut dia, pembentukan tempat pameran itu akan memiliki multi player efek.
“Usul ini akan kita tampung dan menjadikannya program untuk segera direalisasikan. Ini akan memiliki efek ganda ,” katanya. Hal itu bisa segera diwujudkan dengan sinergi Pemprov Bali dan kabupaten/kota. “Aset pemprov di kabupaten/kota banyak sekali yang memadai. Ini bisa diwujudkan dengan kerja sama provinsi dan kabupaten/kota. Inilah yang dimaksud dengan membangun Bali berbasis kabupaten/kota,” tuturnya. RED-MB
9 Komentar
Saya turut prihatin dg nasib kawan2 para spr taksi yg diats. Kebetulan saya jjg cari mkn disektor pariwisata. Tapi kita perlu jg menyikapi permasalahan ini dg arif dan bijaksana dan dgn kepala dingin.
Sujatinya peluang kerja dibidang jasa taksi awal2nya kan sdh dikuasai olh orang2 lokal sendiri. Di Airport, dihotel2 ada perkumpulan taksi dgn aturan2 yg yg sdh disepakati dg manajemen htl itu sendiri.
Dgn perkembangan pariwisata yg pesat kebutuhan akan taksi trs bertambah. Dulunya taksi hanya digunakan dihotel2, namun blakangan taksi sdh mulai ditemukan di jluar htl. Pangkalan2 taksi sdh bermunculan dimana mana. Ada diperempatan, ada di muka htl, ada dipantai dan pusat2 perbelanjaan jg. Tahun 1990an jd spr taxi penghasilannya luar biasa besar, tamu/ penumpang milihin. Yg mau tour ada jlr artshopnya diambil, yg ndak berisi dibuang. Dijalan Legian itu ngantre tamu australianya nunggu taxi. Berapapun kita mita harga, tamunya mau. Argomtrnnya hnya jd pajangan. Namanya aja taksi mtr, tetapi mtrnya ndak pernah difungsikan. Rupa2nya ada oknum2 spr taksi yg nakal, tamu ketinggalan barang dimbl tdk dikembalikan. AC ndak dihidupkan biar irit bensin, tp blg ketamu ACnya rusak. Blm lg Argonya dimodifikasi menjadi Argo kuda. Mulai wisatawan itu bnyk keluhan dan immage taksinya jelek gara2 segelintir oknum yg td.. Nah singkat cerita msklah Blu Bird kebali, dgn kenyamanan armadanya. Ac dingin, argo mtr selalu hidup, pakaian spr rapi, pakai name tag dan aturan managementnya sgt tinggi. Bila ada barang tamu bener2 ketinggalan ditaksi pasti kembali. Sy beberapa kali mempunyai tamu ketinggalan barang dan ketemu. Akhirnya ada beberapa tamu jurnalis yg menulis di dibuku2 tentang bali: kl dibali perlu taksi, naik Blue Bird saja. Jgn yg lain. Mknya tdk heran skrg dijalan2 tamunya selalu nuggu Blue Bird. Byk saya lihat tamu berdiri pinggir jalan, lewat taksi2, dia bilang: No..No…No….!
Lg sbtr dtg taksi yg biru, dia blg: stop, stop….mau dia naik. Blakangan ditambah lg dg Otonomi daerah, mulailah muncul kapling2 wilayah. Nusa dua dikuasai oleh taksi2 orang Nusa Dua, Jimbaran jg begitu, Krobokan jg bgt dll. bertambahlah derita kawan kawan kita yg tdk punya wilayah. Mau ikut dihotel no antreannya mahal. Mau ikut di Ns Dua tdk bisa, krn bukan penduduk asli Ns Dua, bgt jg ditempat lain mslhnya sama. Mau cari tamu dijln2, immagenya kadung sdh jelek. Tamu maunya Blue Bird. Akhirnya timbullah spt skrg, menyalahkan pemerintah. Siapapun yg terpilih nanti, mslh ini sulit dipecahkan. Ijin taksi yg sdh keluar sulit ditarik kembali, apalagi bnyk ijin taksi yg sdh dikeluarkan diera gub sblmnya jg.
Saran saya utk kwn2 dipeguyuban ini, memohon tempat mangkal di terminal Mengwi sdh bgs. Stlh nt dapat tempat, tlg jg kedisiplinan anggota, biar ndak hnya gr2 segelintir oknum semua kena jeleknya. Jgn ditinggalkan pemunpang utk yg kedua kali.
Selamat berjuang,smg sukses.
klo memang beretikad baik knp tdk menggunakan acara simakrame gub saja, jgn hny mencari sensasi sj cm utk memojokan pemprov/gub , yg sdh jelas siapa di blkngnya tdk lain dan tdk bukan tetep sj BP,py,cr dan sekutunya,,tahura sdh tdk mempan, pasar oleh2 sdh dijelaskan KPK, black campaign apalgi yg sedang dirancangnya ,,apa tdk malu jit sdh meleging, klo memang py ingin menang bermartabat tunjukan prgrmnya yg menyentuh rakyt langsung yg lbh baik dr pgrm bali mandara,,,feodalisme ngk jaman , black campaignnya ketahuan…cerdas donk,,klo pengen menang bermartabat,,diundang panwaslu 2x diwakilkan,,,disuruh mesimakrame ngk berani, jarang ngantor gaji jln terus, apa yg bs diandalkan cagub model bgini, lari dr mslh, lari dr tanggung jwb, pintar berkelit, untung ada kakaknya,,,klo sendirian berani ngk,,??? q ngk yakin deh,,kasian baliku dipimpin orng macam bgini,,,,,
betul pak nyoman…
kalo ada masalah ngomong di waktu simakrama..
trus kemana saja teman-teman ini wktu simakrama.
karena pada saat itulah kalo ada masalah dibeberkan dan sudah tentu pak Mangku selaku gubernur pasti memberi jawaban.
terus PY waktu simakrama dimana???????
enak sekali melali kemu mai alias membolos dengan alasan turun merakyat..
trs rakyat mana…atau mengunjungi anggota partainya///
gubernur bukan mengurusi partai tapi rakyat..
Selalu nyoman setres ane komentar, dsar picik semua yang mendukung pasangan lain dianggap jelek,,.. Munafik bungut gebuh, mati gen cie
Maaf kl topiknya sedikit melenceng ya.
Mumpung pak nyoman menyinggung msl pasar oleh2 yg bermunculan skrg ini. Masalah MP dg pasar oleh2 sdh diclearkan KPK. Tidak ada MP punya saham disitu. Clear itu barang!,
Menanggapi keluhan para pedagang psr seni sukawati wktu PAS blusukan kesana, saya ingin mengatakan begini:
Sujatinya masalah sepi tamunya dipasar Sukawati disebabkan kurang updatenya pengelolaan pasar itu sendiri. Ndak ada sama skl kaitannya dgn Toko oleh2, apalagi dg MP.
Mestinya para pedaganglah yg harus introspeksi diri, kenapa blakangan tamunya sepi kesana?,
Saya akan berdiri di 2 sisi dulu,
Sisi 1, jklau saya sebagai turis, saya akan senang belanja ditoko yg nyaman, sejuk, lengkap barangnya dan harganya yg pas murah, atau minimal spt hrg dipasar.
Sisi 2, jklau saya jd pengantar tamu(guide, sopir, kernet jg) kepingin kerja utk mendapatkan hasil jg walaupun prosentasenya kecil.
Semua yg diatas itu kita bisa dapatkan di toko oleh2/ Krisnha.
hitung2an multi efeknya lebih bnyak dihasilkan oleh krisnha. Yg punya toko dpt penghasilan( yg punya peduli dg panti asuhan/ keadilan sosial), karyawan2 dpt gajih( ikut memperkecil angka pengangguran+ menghidupi keluarganya), pengrajin berproduksi( tdk mgkin krisnha memproduksi semua itemnya. pasti ada yg diambil jg dr masyarakat pengrajin), sopir+ guide dapat penghasilan( comisi walaupun sedikit, bisa menghidupi keluarga jg).
Tamunya jd happy karena barang2 lengkap dan harganya jg murah spt di pasar Sukawati.
Cba skrg bandingkan dg belanja ke psr Sukawi:
Tamunya kepanasan kesana kemari nyari barang, hrs pinter2 nawar, kl tdk bukan tdk mgkin harga yg dibayar jauh lebih mahal dr krisnha.
Guide Sopir, jgnkan uang terimakasih, air aja ndak ada yg ngasi disana. Yg nyapa jg ndak ada.
Multi efek playernya lbh sedikit.
Sehingga terjadilah situasi spt skrg, tamu2 byk yg ke Krisnha. Bahkan tamu2 yg sdh sering berlibur ke bali dan sdh pernah ke psr Sukawati mintanya ke Krisnha. Waktu chk in dia udh nanya duluan ke guide sopirnya, kapan kita ke krisnha ya. Ini realita. Bkn dibikin2. Tamu udh pinter2 skrg. Ndak segampang dulu lg bs dibodohin( lagunya Raka Sidan) Dia akan ngomong dg temen2nya kl mendapat perlakuan yg tdk fair. Apalagi diera teknologi yg canggih spt skrg ini. Contoh kasus polisi belakangan yg di youtubkan olh wisatawan.
Saran saya sbg sesama pekerja di priwisata, segera perbaiki tata kelola pasar. Komunikasikan ke kepala pasar. Adopsi tata kelola pasar oleh2 krisnha.
Datang pd saat sime krame apa keluhannya. Jgn kumuh ngalih pis dogen, menyalahkan pemerintah, memfitnah MP mengatakan krisnha punyanya MP. Padahal kita yg membikin masalah pd diri kita sendiri.
Mari kita berhenti menyalahkan pemerintah apalagi MP pribadi.
Introspeksi kedalam diri sendiri.
Mari rejeki kita bagi/ keadilan sosial.
Bedik ade lan meturu mebedik. Jgn mkn sendiri.
Mari kita berbenah, mdh2an kejayaan pasar seni sukawati kembali spt yg dulu.
apa yang pak made katakan tyang setuju.
sebaiknya kalo ada masalah ya waktu ada simakrama disampaikan.
belum pernah ada gubernur di seluruh Indonesia yang mengadakan simakrama (silahturahmi) dengan masyarakatnya tiap bulan, kalo ada tolong info siapa gubernur itu????
kalo yang bolos banyak contohnya PY???
Bercermin dari kemantar Nyoman Lengeh aja kt sdh bs mengukur kwalitas rata2 SDM PAS. Argumennya ndak msk akal. Masak bilang lawan komentatornya stress, mati ci Komentar lawan dgn argumen yg cerdas dong. Bhs menunjukkan kepribadian seseorang.
Kalau spt itu komentar anda, menunjukan mental preman. Lain dgn pak Nyoman, sing asal bunyi den. Otaknya encer, data dia punya, mkne argumennya tak terbantahkan.
Jalan melajah buin bareng2 lan, pang sing kesinengguh buron nye( buron hy punya bayu lan sabde dogen/ no Idep).
Depang bo jungjungan ane meduwur2 gen belog saru gremeng sing bs komentar. Pak Nyoman Lengeh hrs pinter dong. Biar suwud madan nym lengeh.
Satu hal yg diajarkan p mangku pastika adalah masyarakat bali jgn manja dgn minta keistimewaan berlebih Ingat…bali ada dibawah NKRI harus siap bersaing memberikan yg terbaik..Jangan manja jd orang bali
Kenken tsng dadi minta keistimewaan, Bali kude nyumbang devisa ke Jakarta, harusnya memang kt dapat keistimewaan dong