Washington, (Metrobali.com) –

Gedung Putih, Rabu (2/4), menyampaikan “kekecewaan” atas “tindakan sepihak yang tak membantu” dan dilakukan oleh Israel serta Palestina, yang mengancam bisa menggelincirkan pembicaraan perdamaian perantaraan AS.

“Kami kecewa oleh tindakan sepihak yang tak membantu yang telah dilakukan oleh kedua pihak dalam beberapa hari belakangan,” kata Juru Bicara Josh Earnest kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One, dalam penerbangan ke Ann Arbor, Michigan.

Ia mengatakan Menteri Luar Negeri AS John Kerry “mengadakan kontak erat” dengan tim perunding AS di lapangan, yang melanjutkan pembahasan dengan kedua pihak guna menyelamatkan perundingan yang berada di ambang keambrukan setelah dimulai kembali pada akhir Juli tahun lalu.

“Tapi semua pihak harus melakukan tindakan yang diperlukan jika mereka ingin bergerak maju,” kata Earnest, sebagaimana dikutip Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis. “Reaksi dan tindakan saling membalas kontra-produktif dan tak mewakili kepentingan siapa pun.” Presiden Palestina pada Selasa (1/4) menandatangani dokumen untuk mengajukan permohonan bagi keanggotaan untuk 15 lembaga PBB, setelah Israel menolak untuk membebaskan kelompok keempat dan terakhir 26 tahanan Palestina, bagian dari kesepakatan untuk memulai kembali pembicaraan bilateral.

Israel telah mengajukan syarat pembebasan itu berupa kesepakatan Abbas untuk memperpanjang pembicaraan sampai melewati tenggat 29 April, pusat upaya penengahan AS saat ini.

Ketika perundingan dilanjutkan setelah macet selama tiga tahun, Kerry telah ditujukan untuk mencapai kesepakatan dalam waktu sembilan bulan mengenai semua masalah status akhir –keamanan, perbatasan, status Jerusalem dan pengungsi. Namun tak ada kemajuan nyata yang telah dicapai, kendati ada dorongan kuat dalam puluhan kunjungan Kerry ke wilayah itu dalam satu tahun belakangan.

Semua pihak telah berkutat mengenai masalah lain yang rumit seperti pembangunan permukiman di wilayah pendudukan dan pengaturan keamanan.

Di dalam upayanya untuk mempertahankan pembicaraan tersebut tetap hidup, Kerry bahkan membahas pembebasan Jonathan Pollard, mantan pengulas intelijen sipil bagi Angkatan Laut AS, yang telah dipenjarakan sejak 1987 karena melakukan kegiatan mata-mata buat Israel, sebagai imbalan bagi konsesi Israel dalam masalah permukiman dan pembebasan tahanan.

Earnest mengatakan hanya Israel dan Palestina lah yang dapat membuat keputusan dan melakukan tindakan untuk memajukan proses perdamaian, sebab Amerika Serikat hanya “memfasilitasi” upaya untuk menemukan “dasar pijakan yang sama”.

Ia mengatakan Presiden AS Barack Obama belum mengambil keputusan mengenai nasib Pollard. “Kenyataan mengenai masalah itu ialah Pollard diadili dan dihukum karena melakukan kejahatan sangat serius. Ia dihukum penjara cukup lama dan ia terus menjalaninya,” Earnest menambahkan.

(Ant) –