Jakarta (Metrobali.com)-

Wakil Ketua Komisi VI Arya Bima menilai pidato kenegaraan yang disampaikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam sidang bersama DPR-DPD kurang realistis karena tidak secara gamblang menyingkap tantangan yang perlu dihadapi bangsa ke depan.

“Saya melihat pidato ini kurang realistis. Presiden sebagai kepala negara hanya menyingkap cerita sukses pemerintah, namun tidak menyampaikan sumber masalah dan tantangan ke depan,” kata Arya Bima kepada wartawan di DPR, Jumat (16/8).

Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan sebagai kepala negara seharusnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih mengangkat persoalan ekonomi, politik dan sosial budaya yang lebih realistis dan memberikan pencerahan terhadap persoalan yang terjadi.

“Ini pidato kenegaraan dalam rangka HUT Ke-68 Proklamaasi RI, jangan lantas hanya berbicara tentang ‘success story’ pemerintah saja, tanpa pencerahan,” kata dia.

Arya mengatakan dalam pidatonya sejatinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyampaikan tantangan pembangunan ekonomi nasional. Namun menurut dia masih ada beragam masalah lain yang seharusnya bisa diangkat.

“Misalnya masalah intoleransi masyarakat, prinsip gotong royong yang semakin hilang, lalu masalah pemilihan umum yang masih banyak kekacauan, termasuk masalah impor,” ujar dia.

Pada Jumat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan Pidato Kenegaraan Dalam Rangka HUT Ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI di depan sidang bersama DPR-DPD.

Dalam pidatonya Presiden mengajak seluruh pihak merenungkan dan meneladani nilai-nilai kebangsaan dan semangat kejuangan yang diwariskan para pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan.

“Mereka adalah sumber inspirasi dan kekuatan bagi kita untuk terus mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan,” kata Presiden melalui pidato kenegaraannya di DPR, Jakarta, Jumat.

Presiden juga meminta seluruh pihak merenungkan perjalanan reformasi yang telah berlangsung selama 15 tahun sejak pemerintahan Presiden Habibie, yang dilanjutkan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, dan Presiden Megawati hingga saat ini.

Presiden mengatakan saat ini demokrasi semakin tumbuh dengan terselenggaranya pemilu berkala, damai, adil dan demokratris.

Dia juga mengatakan Indeks Pembangunan Manusia telah berhasil ditingkatkan signifikan, dengan indikatornya yakni angka partisipasi Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi menunjukkan realisasi menggembirakan.

Selain itu angka harapan hidup menurut dia terus meningkat, dan memberikan optimisme pencapaian sasaran pada 2014.

“Tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan terus menurun. Bahkan kita menjadi contoh keberhasilan sebuah negara yang mampu menurunkan secara signifikan penderita tuberkolosis, baik melalui pendeteksian dini maupun pengobatannya,” kata Presiden. AN-MB