Denpasar (Metrobali.com)-

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Bali mengaku menikmati keuntungan akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena terjadi peningkatan keuntungan dari ekspor.

“Meski tidak banyak, namun selisih kenaikan kurs dolar terhadap rupiah bisa meningkatkan keuntungan dari ekspor produk tekstil dari Bali. Minimal bisa bertahan di tengah tingginya biaya produksi,” kata Dewan Penasihat API Bali Anak Agung Ngurah Mahendra, di Denpasar, Rabu (21/8).

Kondisi melemahnya rupiah, menurut dia, cukup membantu di tengah banyaknya pengusaha tekstil yang gulung tikar karena Harga Pokok Produk (HPP) dengan harga jual berbanding tipis akibat bahan baku mahal dan biaya produksi tinggi.

“Penderitaan ini bisa sedikit dibayar dengan peningkatan keuntungan akibat selisih nilai kurs dolar terhadap mata uang rupiah,” ucapnya.

Ia mengatakan pengusaha tekstil di Bali dulu jumlahnya cukup banyak, namun sekarang banyak yang tutup. Anggota API yang awalnya mencapai 125 orang, sekarang tinggal 50 orang. Mereka mengisi pasar ekspor ke Jepang, Eropa Timur termasuk Amerika.

“HPP produk tekstil Indonesia terlalu tinggi, jadi sulit bagi pengusaha tekstil di Bali bersaing dengan pesaing dari luar negeri. Kondisi ini menuntut pengusaha tekstil membuat produk yang inovatif dan tetap melakukan upaya efisiensi,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bali Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana juga mengakui, para eksportir Bali termasuk kerajinan dan barang seni lainnya dan pengusaha industri pariwisata yang selama ini menerima valuta asing, khususnya dolar AS, akan senang dengan melemahnya rupiah.

“Tetapi bagi para importir yang membeli bahan baku atau barang dagangan dengan dolar AS, maka jumlah rupiah yang akan dikeluarkan jelas mengalami peningkatan. Dampaknya adalah harga barang akhir atau jadi dan barang yang dijual akan mengalami kenaikan,” ujarnya.

Suardana memprediksi dari trend yang terjadi, tampaknya akan terjadi equilibrium atau keseimbangan baru nilai tukar rupiah, yang kemungkinan berkisar pada titik Rp11.000 per dolar AS.

Bank Indonesia mencatat pergerakan dolar terhadap rupiah yang terus menguat. Hingga 21 Agustus 2013, harga dolar AS telah mencapai Rp 10.777. Angka ini terus mengalami pergerakan dari Rp10.339 pada 1 Agustus 2013. AN-MB