Washington (Metrobali.com) –

Sekitar 30 pelatih pelaut Amerika Serikat menjalankan pembangkit nuklir diselidiki atas kecurangan pada ujian tertulis, kata komandan Angkatan Laut pada Selasa.

Tuduhan itu menimbulkan pertanyaan baru tentang masalah etika di ketentaraan dan muncul saat skandal kecurangan lain, yang melibatkan hampir 20 persen dari petugas peluru kendali nuklir Angkatan Udara.

Kecurangan itu diduga berlangsung dalam kegiatan penggerakan nuklir angkatan laut di Charleston, Carolina Selatan, tempat pelaut memperingatkan petugas senior atas masalah tersebut, kata komandan itu.

Pelatih kegiatan itu, yang juga mengawasi reaktor tersebut, diminta secara teratur melakukan penyertifikatan untuk mengajar sesama pelaut dan harus lulus ujian tertulis, lisan dan ketrampilan, kata pejabat.

“Ujian penggerakan itu diduga dibagi di antara beberapa tamtama senior,” kata Laksamana John Greenert, kepala operasi angkatan laut.

“Untuk mengatakan bahwa saya kecewa akan meremehkan,” kata kepala angkatan laut itu dalam jumpa pers.

“Saya yakinkan Anda, jika tuduhan tersebut terbukti, kami akan menuntut yang bertanggungjawab,” katanya.

Laksamana John Richardson, kepala kegiatan propulsi itu, dalam jumpa pers itu menolak mengatakan jumlah pelaut yang diselidiki.

Tapi, pejabat angkatan laut, yang berbicara dengan syarat tak dikenali, kepada beberapa wartawan menyatakan sekitar 30 pelatih diduga berbagi jawaban dalam ujian tertulis.

Richardson menyatakan bertanggung jawab penuh atas kejadian iitu.

Semua pelaut terlibat dalam dugaan kecurangan itu sudah dipindah dari tempat tersebut dan akses ke reaktor itu dilucuti, kata laksamana tersebut.

Penyelidikan pidana angkatan laut sedang berlangsung, pengawas tambahan ditugaskan untuk mengawasi satuan di pusat Carolina Selatan itu dan pejabat juga memeriksa apakah kecurangan tersebut mencerminkan masalah lebih luas.

Ia mengatakan tidak ada keraguan bahwa pembangkit nuklir tentara itu beroperasi dengan aman.

Angkatan Laut memiliki 10 kapal induk dan 93 kapal selam, yang digerakkan nuklir.

Richardson menyatakan tuduhan kecurangan itu tidak ditemukan dalam bagian lebih luas tinjauan Pentagon tentang kekuatan nuklir tersebut, yang dipicu serangkaian kejadian di korps perwira peluru kendali Angkatan Udara.

Skandal kecurangan oleh “penguasa peluru kendali” di Angkatan Udara itu melibatkan 92 petugas dari korps beranggota 500 orang, yang memicu kekhawatiran dalam masalah moral.

Tapi, Richardson mengatakan bahwa pada saat ini, tersangka pelaku kecurangan di kalangan pelaut tidak mengarah pada krisis moral. (Ant/AFP)