Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota DPRD Provinsi Bali Nyoman Sugawa Korry mengapresiasi disertasi Frans Bambang Siswanto sebagai mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, yang mengulas tentang program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

“Saya salut dengan perjuangan Bapak Frans Bambang Siswanto untuk membuat desertasi judul ‘Corporate Social Responsibility: Strategi Mencapai Market Leader’,” kata Sugawa di Denpasar, Selasa.

Sugawa yang juga rekan Frans di program Pascasarjana UB menilai disertasi tersebut sangat penting untuk dipelajari oleh perusahaan-perusahaan di Bali..

Apalagi masyarakat Bali sangat membutuhkan perhatian dari perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupanya.

Disertasi itu disusun Frans dengan menggunakan metodologi kualitatif.

“Metodologi desertasi Pak Frans itu masih jarang digunakan. Karena dalam metode ini lebih banyak bagaimana menganalisas secara ilmiah dan menerapkan CSR perusahaan yang ditelitinya,” kata mantan Ketua DPD KNPI Provinsi Bali.

Ia berharap desertasi tersebut dapat dijadikan model acuan oleh perusahaan lain dalam menerapkan CSR kepada masyarakat.

“Sedangkan bagi perusahaan yang dijadikan objek penelitian agar terus meningkatkan program CSR untuk disempurnakan lagi dan manfaatnya lebih luas kepada masyarakat,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Made Darsana, mahasiswa Pascasarjana UB. Menurut dia, kesuksesan Frans Bambang Siswanto meraih gelar doktor di UB menjadi motivasi untuk menyelesaikan program pascasarjana yang ditempuh saat ini.

“Saya salut dengan beliau karena ketekunan dan kedisiplinan. Walau Pak Frans sibuk mengurus bisnisnya, mampu menyelesaikan disertasi dan ujian dengan nilai A,” katanya.

Prof Dr Djumilah Hadiwidjoyo selaku promotor Frans mengakui disertasi yang ditulis mahasiswanya itu tergolong berat dan luar biasa karena tidak banyak desertasi yang mengupas masalah kepedulian perusahaan swasta.

“Saya berharap CSR yang telah dilakukan perusahaan tersebut menjadi pionir dan mampu menggugah perusahaan lain untuk melakukan hal yang sama. CSR itu juga diberikan dengan hati, bukan hanya sekqdar menggugurkan kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan,” tegas Djumilah.

Ia mengakui selama ini banyak perusahaan yang menganggap pemberian CSR bagi kegiatan sosial itu akan merugikan perusahaan dan membebani keuangan perusahaan.

Kalau pun ada perusahaan yang memberikan CSR-nya untuk kegiatan sosial, lanjut dia, maka diberikan dengan setengah hati bukan dengan ketulusan seperti yang dilakukan oleh perusahaan yang diteliti Frans.

Sementara itu, Frans mampu menjawab pertanyaan para penguji dengan tegas dan lugas, apalagi yang berkaitan dengan CSR yang telah dilakukannya sejak 42 tahun silam.

Ketika salah seorang penguji dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Prof Christantius Dwiatmadja menanyakan soal CSR yang telah dilaksanakan perusahaan tersebut janggal, Frans dengan tegas mengakui mungkin memang irasional, namun CSR yang diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

“Sepertinya memang tidak masuk akal, tapi di situlah ada kekuatan doa yang dipanjatkan oleh setiap penerima manfaat CSR yang diberikannya, apalagi setelah terjadinya bom Bali pertama (2003), CSR yang kami berikan pada masyarakat juga lebih banyak dan ternyata itu telah memberikan keuntungan luar biasa bagi perusahaan,” tegasnya.

Frans lulus desertasi ke-437 program doktor Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UB.

Namun, untuk status kelulusan baru akan disampaikan dalam yudisium karena masih akan dimasukkan dalam jurnal internasional “Emerald”.

Untuk mengetahui hasilnya itu dibutuhkan waktu paling cepat sekitar enam bulan. “Kami berharap memang tidak terlalu lama, tapi pengalaman sebelumnya, ya memang enam bulan itu paling cepat,” kata Prof Djumilah. AN-MB