Foto: AMD (baju endek) bersama Ketua Karang Taruna Denpasar (tengah) dan Milenial Digital di Sekretariat AMD Center Denpasar pada suatu kesempatan beberapa pekan terakhir.

Denpasar (Metrobali.com)-

Menanggapi perihal berita tentang 2 Hacker Indonesia yang membobol situs Bansos Covid-19 Milik AS sebagaimana diberitakan  https://www.kompas.tv/article/164910/2-hacker-indonesia-bobol-situs-bansos-covid-19-milik-as-60-juta-usd-masuk-ke-rekening-pelaku,  AMD selaku pendiri (Founder) AMD.Camp menyampaikan pemikirannya.

“Kalau benar sebagaimana yang diberitakan, ini adalah kejadian yang menunjukkan potensi digital bangsa Indonesia di dunia digital global sangat luar biasa,” ujarnya membuka percakapan sekaligus menyampaikan komentarnya mengenai kejadian tersebut, Jumat (16/4/2021) di sela-sela kesibukan kantor bersama karyawannya.

“Akan tetapi, perlu proses digital forensic untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya karena menurut pengamatan saya dan analisa awal, kejadian ini sangat menarik dilihat dari faktor situs, pemilik situs, meliputi proses algorithma, approval, mekanisme flowchart, sistem keuangan, sistem Perbankan baik AS maupun Indonesia, serta proses hacking yang terjadi hingga membobol nilai yang fantastic,” sambung AMD.

“Ini bukan perkara mudah untuk dianalisa Akan tetapi kalaupun benar maka merupakan kejahatan tingkat tinggi, dan masuk ranah pidana karena termasuk aktivitas melanggar hukum menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Sesuai dengan Pasal 30 UU ITE, seseorang dilarang untuk mengakses sistem informasi institusi tertentu tanpa izin baik di dalam jaringan maupun di luar jaringan,” imbuh AMD didampingi putranya.

Putra Sulung AMD, A.A.NGR.Kesawa Putra D yang meraih Gold Medal dan Sertifikat International dari Ikatan Ilmuwan Muda International, 2021.

AMD merupakan penggiat digital dan mengelola beberapa platform digital dibawah naungan AMD.Camp antara lain AMD.Express, Iamdibali.com, iAMDigital, AMDBooks serta AMD.gratis yang dibesut sebagai ecosystem digital yang kompleks dengan focus pada milenial dan UMKM Bali.

“Menurut saya, ada baiknya kita menunggu rekonstruksi kasus dan hasil digital forensic karena alasan yang saya sebutkan tadi. Agar permasalahannya jelas apakah merupakan tindakan Digital Hacking ataukah Social Hacking, jadi perlu ditinjau apakah yang dibobol adalah sistem dalam situs ataukah Rekening penerima bantuan, karena ini ranah yang berbeda ” lanjut AMD.

“Tetapi bila ternyata benar angkanya mencapai USD 60 juta, artinya system Perbankan kita juga dibobol, bila ternyata Rekening Penerima ternyata Rekening Bank AS, ini lebih mungkin dianalisa sebagai Pembobolan Rekening Penerima Bansos Covid-19 AS atau keteledoran input dari system,” sambungnya.

“Yang perlu dicermati kejadian ini menunjukkan bahwa potensi kemampuan anak bangsa sangat luar biasa dan perlu wadah yang dapat mengexplorasi dan menjembatani potensi ini dalam bentuk wadah resmi, seperti yang telah dilakukan oleh BSSN namun akhirnya ditutup oleh pemerintah,” sambungnya.

“Mayoritas mereka adalah anggota komunitas hacking di Indonesia; rata-rata berusia muda antara 15 hingga 30 tahun dann diwadahi oleh BSSN dalam program VVDP atau bug bounty,” terang AMD.

Namun risiko vulnerability system belum banyak dikenal oleh pemilik sistem di Indonesia sehingga sangat sedikit yang menyelenggarakan program itu karena terkendala sumber daya manusia dan biaya, potensi ini mestinya dikelola oleh pemerintah.

“Dan bila ada aplikasi atau system yang dibesut oleh Milenial ataupun para aktivis Digital ada baiknya didukung oleh pemerintah,” sambungnya.

“Semua Unicorn dan Dexacorn yang ada di dunia bertumbuh besar karena Dukungan Pemerintah, baik itu Amazon, Alibaba, Traveloka, Grab, Gojek dan sebagainya, bertumbuh karena dukungan pemerintah,” sambungnya mengingatkan.

Ekosistem ekonomi digital untuk melahirkan Unicorn dan Dexacorn sangat sulit berkembang jika tidak ada dukungan dari Pemerintah. Jadi, tegas AMD, kejadian hacker ini menjadi pelajaran berharga bagi Pemerintah Indonesia, karena potensi yang tidak terakomodir akan bisa melenceng dari jalurnya.

“Pemerintah harus mampu mengakomodir Milenial Digital untuk mengembangkan potensinya untuk kepentingan bangsa,” ujar AMD.

“Terlepas dari kejadian tersebut, harus disadari bahwa skill hacker Indonesia sudah tingkat Dewa, Pemerintah sebaiknya merangkul mereka untuk menjadi kekuatan cyber Indonesia,” sebut Agung Manik Danendra AMD yang sekarang sedang membangun AMD Pay berskala International sekaligus menutup pembicaraan. (wid)