ambulans ilustrasi

Jembrana (Metrobali.com)-

Gara-gara ambulan RSU Negara telat datang, Rawian (53), pasien asal Kelurahan Loloan Timur Kecamatan Jembrana meninggal dunia.

Nur Holik (34), keponakan korban melalui saluran telepon menuturkan pamannya (Rawian) mengalami kecelakaan lalu lintas di wilayah Surabrata, Tabanan tanggal 27 Januari lalu. Saat itu pamannya mengendarai mobil, karena mengantuk lalu menabrak truk parkir.

Dari kejadian tersebut pamannya mengalami luka robek pada bibir atas dan merasakan sakit pada dada. Atas pertimbangan keluarga kemudian dilarikan ke RSU Negara. “Sampai di rumah sakit, paman saya masih sadar dan masih bisa diajak bicara. Saat diperiksa dokter juga masih sadar” tuturnya.

Dari keterangan dokter, kata Nur Holik, hati pamannya pecah akibat benturan keras. Dan harus segera dioprasi, namun harus dioprasi di Sanglah. “Mendengar penjelasan dokter, pihak keluarga setuju untuk dirujuk ke Sanglah” ujarnya.

Lanjut, sambil menunggu ambulance datang, pihaknya kemudian mengurus administrasi. Namun hingga administrasi selesai, ambulance belum juga datang, sehingga keluarga menjadi resah.

Di tengah kecemasan itu, Nur Holik berusaha mencari ambulance lain milik salah satu partai politik, namun tidak dapat karena sopirnya sedang ke Denpasar. Sementara ambulance RSU Negara, baru datang empat jam kemudian.

“Coba kalau ambulancenya datang lebih cepat, mungkin paman saya bisa tertolong. Karena begitu sampai di Sanglah paman saya sudah meninggal” ujarnya kesal.

Sementara itu, Direktur RSU Negara, Made Dwipayana saat dikonfirmasi mengakui adanya keterbatasan ambulance rujukan pasien ke Sanglah. Pasalnya ambulance yang dimiliki masih terbatas, yakni hanya empat unit.

Dari empat unit itu, hanya tiga yang beroprasi, sedangkan satu dalam kondisi rusak dan sedang diperbaiki di bengkel. Selain itu, dalam merujuk pasien, sebelumnya harus mengontak rumah sakit yang dituju, persetujuan dari pihak keluarga pasien dan menyiapkan administrasi, termasuk ambulancenya. MT-MB