Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI, AA Bagus Adhi Mahendra Putra yang akrab disapa Amatra (tengah) usai mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI kepada PGRI Kabupaten Gowa.

Gowa (Metrobali.com)-

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) menggelar Sosialisasi Empat Pilar pada Senin, 21 September 2020 di Gedung Haji Bate, Sungguminasa, Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam kegiatan ini MPR RI bekerja sama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Gowa.

Empat pilar yang disosialisasikan yaitu, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Dalam kegiatan ini, Anggota Badan Sosialisasi MPR RI, AA Bagus Adhi Mahendra Putra yang akrab dipanggil Amatra, mengungkapkan bahwa empat pilar ini adalah tanggung jawab rakyat Indonesia yang harus selalu dijaga dan pelihara.

Menurut Amatra yang juga akrab disapa Gus Adhi, memahami dan memegang teguh nilai yang terkandung dalam empat pilar akan menjadikan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal bangsa.

Indonesia tanpa Pancasila akan berdampak kehancuran seperti Soviet dan Krosia yang negaranya terpecah pecah disebabkan negaranya tidak memiliki Dasar Negara  yang Kuat.

“Mari kita wujudkan keadilan, kemakmuran dengan mempertahankan kedaulatan serta memiliki daya saing yang kuat dengan negara-negara lain sehingga diperhitungkan dalam pergaulan internasional. Demi menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan sehari-hari,” papar Amatra.

Selanjutnya Amatra yang juga Anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan dan kelautan ini menambahkan, Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi pemersatu berbagai perbedaan ras, agama dan adat antar daerah di Indonesia, sekaligus menjadi potensi dalam membangun Negara.

Indonesia memiliki fondasi yang dikenal dengan istilah empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara  Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Empat pilar tersebut telah menjadi sejarah perjalanan bangsa Indonesia, dan menjadi komitmen kebangsaan yang harus terus ditingkatkan. Karena Bangsa Yang Kuat adalah Bangsa yang Berpegang Kuat pada Falsafah Bangsanya Sendiri untuk itu PANCASILA HARGA MATI.

Dalam kesempatan itu, Amatra menjelaskan tentang sejarah Pancasila serta UUD. Menurutnya, memahami Pancasila tidak hanya sekedar sila-silanya saja. Tapi, juga sejarahnya yang diamanahkan oleh pendiri bangsa terdahulu.

Guru merupakan Pencetak Kader masa depan Bangsa dan juga kunci penggerak informasi yang digugu serta ditiru sehingga dalam penyampaian empat pilar kebangsaan harus mampu dibangun secara struktural untuk membangun sikap dan mental anak-anak.

Terakhir Amatra menuturkan bahwa peran guru harus selalu dihargai dan diapresiasi. Menurutnya, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa sekaligus perantara orangtua dalam memberikan pelajaran kepada anak atau siswanya.

“Tidak salah kita menyebut guru pahlawan tanpa tanda jasa karena merekalah yang bisa memberikan pengetahuan kepada para anak-anak kita dan yang terpenting bisa mensosialisasikan empat pilar ini agar bisa dipahami oleh para siswa,” pungkas Amatra yang juga Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali ini. (dan)