Foto:  Aksi Parenting GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali Minggu pagi (9/6/2019) di Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) berlangsung hangat dan penuh keceriaan.

Bangli (Metrobali.com)-

GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali menggelar Aksi Parenting dengan tema “Bonding dengan Anak Zaman Now” Minggu pagi (9/6/2019) di Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) yang berlokasi di Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

Aksi parenting (pengetahuan dan keterampilan mengasuh dan mendidik anak) ini untuk memberikan edukasi dan pemahaman khususnya kepada orang tua bagaimana menjalin  bonding (ikatan lahir batin) yang kuat dengan anak-anak yang akan menjadi generasi emas Indonesia tahun 2045.

Tampil sebagai keynote speaker Direktur Utama GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H. Narasumber lainnya seperti Ketua Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) I Wayan Juni Artayasa dengan moderator Nuning Indah Pratiwi, S.Sos.,M.I.Kom., yang juga KPS (Kepala Progam Studi) Ilmu Komunikasi Undiknas Denpasar.

Aksi parenting ini dihadiri kalangan orang tua, guru PAUD serta sejumlah perwakilan organisasi terkait keluarga, perempuan dan anak seperti Forum Penyuluhan Keluarga Berencana se-Bali, Forum Anak Daerah Kabupaten Bangli, Komunitas Anak Bangsa, LBH Apik, PLKB Bangli dan lainnya.

Tini Gorda mengungkapkan bonding merupakan ikatan lahir dan batin antara orang tua dengan anak. Bonding ini harus terbangun sejak bayi masih dalam kandungan sang ibu, lalu lahir, tumbuh menjadi anak-anak dan hingga dewasa.

“Bonding adalah keteladanan yang dimulai sejak anak di dalam perut. Vitamin yang terbaik bagi anak adalah bonding dan kasih sayang dari ibu dan ayahnya,” ujar Tini Gorda yang juga Ketua BKOW (Badan Kerjasama Organisasi Wanita) Provinsi Bali itu

Beberapa hal yang bisa memotong bonding antara orang tua dan anak adalah saat proses melahirkan misalnya sang ibu memilih melahirkan anak dengan cesar bukan normal. Lalu saat fase menyusui, misalnya ibu tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara langsung kepada anak.

“Kalau tidak ada bonding sejak anak dalam perut maka sang ibu tidak akan tahu dan memahami perkembangan anak dengan baik,” ungkap Tini Gorda lantas menambahkan ibu punya kontribusi besar membangun bonding dengan anak yang juga harus didukung oleh sang ayah.

Parenting Kunci Kuatkan Bonding

Banyak hal negatif bisa terjadi ketika tidak ada bonding lahir batin yang kuat antara orang tua dan anak. Seperti anak menjadi tidak hormat dengan orang tua, pemberontak, tidak mengindahkan nasehat orang tua, mudah terpapar dan terpengaruh hal negatif seperti narkoba maupun seks bebas.

“Kasus anak tidak sopan dengan orang tua mayoritas dikarenakan tidak adanya hubungan (bonding) lahir batin kuat antara orang tua dan anak. Jadi jangan salahkan lingkungan, kemajuan teknologi atau lainnya,” tegas Tini Gorda.

Dikatakan untuk meningkatkan bonding antara orang tua dengan anak maka lakukan lebih sering parenting. Kalau dibentengi dengan ikatan lahir batin maka sang anak tidak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif

“Sayangnya kita banyak potong bonding sehingga kita tidak bisa miliki anak kita,” imbuh Tini Gorda yang yang juga mantan Ketua Perdiknas Denpasar itu.

GTS Institute Bali juga ingin mengubah cara pandang atau paradigma terkait parenting.  Sebab parenting harus menjadi kebutuhan orang tua, keluarga bukan sekedar program yang lahir dari inisiatif lembaga terkait.

“Orang tua harus punya inisiator untuk memahami lebih jauh terkait parenting,” kata Ketua DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Bali itu.

Untuk itulah GTS Institute Bali hadir untuk ikut membantu membangun kesadaran orang tua tentang pentingnya memahami parenting.

“Kami hadir sebagai pemotong mata rantai permasalahan krisis parenting di keluarga. Kami lakukan premtif dan preventif. Sebab lembaga pendidikan pertama dan utama ada di keluarga,” imbuhnya.

Cetak Generasi Emas yang GTS

Tini Gorda juga menjelaskan GTS Institut sebagai bentuk komitmen pihaknya untuk ikut bersama peduli dan bertanggung jawab dan keikutsertaan untuk melahirkan generasi emas.

Yakni generasi yang menjadi bagian SDM utama menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang baik (Good), sebagai bangsa yang dapat dipercaya (Trustworthy) dan sebagai bangsa yang cerdas (Smart) di mata dunia.

“Spirit Good, Trustworthy, dan Smart menjadi landasan dalam pengelolaan GTS Institute Bali sehingga ke depan akan mampu terus memberikan yang terbaik bagi peningkatan kualitas SDM putra-putri Bali,” kata Tini Gorda.

Dijelaskan “Good” sebagai formulasi bahwa seorang dalam melaksanakan perannya agar taat aturan. Sementara “Trustworthy” merupakan simbol kepercayaan dan kejujuran dari sebuah komitmen yang lahir dari “Good.”

Jika aspek “Good” dilakukan secara konsisten maka seorang akan dipercaya hingga timbul “Trust” dan bisa menjadi panutan.

Semangat “Good” dan “Trustworthy”  harus disempurnakan dengan “Smart” yang merupakan kunci untuk mempertahankan dua aspek tersebut.  Smart teraktualisasi melalui tindakan yang kreatif, inovatif dan adaptif terhadap dinamika perubahan.

Kolaborasi dan Sinergi dengan ABSA

Sementara itu Ketua Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) I Wayan Juni Artayasa menyambut baik kehadiran GTS Institut yang juga berkolaborasi dengan yayasan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, agama dan budaya ini.

“Kami siap bersinergi dengan GTS dalam meningkatkan kualitas SDM dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat,” kata Juni Artayasa didampingi Sekretaris Yayasan Ketut Teja Artha dan Bendehara Yayasan Ni Made Sri Puspayani.

GTS Institut Bali mengusung visi menjadi pusat pembelajaran peningkatan kualitas SDM. Organisasi ini mengedepankan sejumlah misi. Pertama menyelenggarakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyenangkan bagi generasi emas.

Kedua, menyelenggarakan pelatihan keahlian dan keprofesionalan SDM yang beretika. Ketiga, menjadi mitra diskusi pemerintah, swasta, sekolah, masyarakat terkait SDM. Keempat, membuat kajian-kajian.

Salah satu progam unggulan dari lembaga yang bernaung di bawah Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali yang beralamat di Jalan Tukad Batanghari XI C, No.17, Panjer, Denpasar ini yakni diklat (pendidikan dan pelatihan) bagi calon ayah dan ibu.

Diklat ini diperuntukkan bagi kalangan laki-laki dan perempuan mulai usia 18 tahun-akan menikah guna mempersiapkan mereka menuju jenjang berumah tangga, menjadi calon ayah dan ibu. (wid)