Keterangan foto: Tokoh muda Klungkung I Putu Agus Putra Sumardana yang juga caleg DPRD Bali dari Partai Hanura dapil Klungkung nomor urut 2/MB

Klungkung (Metrobali.com) –

Tokoh muda Klungkung I Putu Agus Putra Sumardana yang juga caleg DPRD Bali dari Partai Hanura dapil Klungkung nomor urut 2 kembali menyoroti lambatnya perkembangan pariwisata di Klungkung, khususnya Nusa Penida.

Ia menegaskan percuma jika investor hanya melirik dan tertarik berinvestasi tapi ujung-ujungnya batal karena berbagai kendala. Utamanya akibat persoalan infrastruktur yang masih minim di Nusa Penida yang disebut-sebut sebagai “telur emas” pariwisata Bali ini.

“Percuma kalau investor hanya lirik-lirik potensi pariwisata Nusa Penida, tapi tidak berivestasi atau tanam duit untuk menggeliatkkan pariwisata. Ibaratnya gadis cantik yang hanya digoda-goda aja, tapi ujung-ujungnya di-PHP,” kata Agus Putra Sumardana ditemui di sela-sela simakrama bersama warga di Klungkung, Sabtu (30/3/2019).

Advokat muda yang juga Penasehat DPC Partai Hanura Klungkung ini mengatakan, tentu bukan salah investor jika niat mereka berinvestasi di sektor pariwisata Nusa Penida tertahan. Sebab memang tiga infrastruktur dasar di kawasan ini masih sangat belum memadai yakni jalan, listrik dan air bersih.

Tentu ada feasibility study (studi kelayakan) dan analisis kelayakan bisnis ketika investor ingin membangun suatu usaha, apalagi dengan modal puluhan bahkan ratusan miliar. Tentu aspek infrastruktur juga akan menjadi salah satu pertimbangan penting.

Investor tentu akan berpikir seribu kali menghabiskan duitnya di daerah yang infrastrukturnya kurang. “Mana ada investor mau rugi. Terus masak juga investor disuruh ngaspal jalan sendiri atau pasang pembangkit listrik sendiri di Nusa Penida,” sentil tokoh muda asal Banjar Kaleran, Desa Bumbungan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung yang baru saja melepas masa lajang ini.

Akibatnya investasi yang terjadi di Nusa Penida hanyalah investasi beli tanah. Investor ramai-ramai hanya beli tanah tanpa ada keinginan untuk ikut membangun pariwisata dan perekonomian warga Nusa Penida. Mereka seperti berspekulasi, wait and see menunggu momentum yang tepat dan kapan ada infrastruktur yang memadai.

“Kalau investor ramai-ramai hanya beli tanah di Nusa Penida, ekonomi kerakyatan dan pariwisata tidak akan bangkit. Yang kaya raya hanya calo-calo tanah, sementara rakyat kecil masih belum sejahtera,” ujar Agus.

Perlu Keseriusan Bangun Infrastruktur Nusa Penida

Selain itu, setiap ada destinasi baru di Nusa Penida atau “harta karun” objek wisata tersembunyi ditemukan, yang terjadi hanya akan muncul euforia sesaat. Ada harapan sesaat yang mungkin saja bisa “layu sebelum berkembang”. Lagi-lagi ini karena minimnya infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata.

Ia mencontohkan Pantai Gamat yang terletak di Desa Sakti, Nusa Penida. Pantai Gamat merupakan sebuah teluk berpasir putih dengan pinggiran berupa tebing serta pemandangan yang sangat menawan dan eksotis.

Pantai yang belum lama terekspos ke publik ini bahkan disebut-sebut tak kalah indah dengan Pantai Cristal Bay yang sudah lebih dulu populer dan viral media sosial.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta bersama Dinas Pariwisata dan seluruh jajaran Pemkab Klungkung pun sempat melakukanaksi bersih-bersih di sekitar Pantai Gamat, Sabtu lalu (23/3/2019). Hal ini juga sebagai salah satu bentuk upaya branding dan memperkenalkan lebih luas kepada wisatawan keindahan pantai ini.

“Tapi seberapa hebat pun objek wisata di Nusa Penida dibranding atau dipromosikan jika masalah dasarnya tidak diselesaikan yakni infrastruktur maka selamanya pariwisata Nusa Penida ibarat bayi yang merangkak. Tidak akan bisa maju, berlari kencang,” kritik Agus.

Untuk itu pihaknya menagih keseriusan Pemkab Klungkung, Pemprov Bali hingga pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata di Nusa Penida.

“Potensi pariwisata Nusa Penida akan selamanya tertidur jika pemerintahnya juga tidur, tidak serius membangun Nusa Penida. Harus ada upaya ekstra pemerintah dengan juga dukungan semua pihak,” tutup Agus.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati