Jakarta (Metrobakli.com)-

Sejumlah advokat dari Kantor Pengacara Djamaludin Koedoeboen melayangkan somasi kepada Presiden terpilih Joko Widodo, karena tidak konsisten terhadap janji-janjinya soal perampingan kabinet dan mengutamakan menteri-menteri dari kalangan profesional.

“Kami dari kantor pengacara Djamaludin Koedoeboen, SH and Partners, melayangkan somasi kepada Jokowi sebagai Presiden terpilih berkaitan dengan inkonsistensi dalam pembentukan kabinetnya,” kata Djamaludin di Rumah Transisi, Jakarta, Rabu (17/9).

Djamaludin datang bersama-sama rekan advokat lainnya. Dia mengatakan bahwa Jokowi perlu mengklarifikasi pernyataannya yang akan merampingkan kabinet.

“Saat ini menteri ada 34, berarti Jokowi harus konsisten mengurangi jumlah menteri itu. Tapi kenyataannya terjadi inkonsistensi di mana ketika diumumkan secara resmi postur kabinet Jokowi tetap 34 kementerian,” kata Djamaludin.

Selain itu Jokowi pernah menyatakan akan membentuk Zaken Kabinet, yakni kabinet di mana menterinya memiliki keahlian di bidangnya masing-masing, bukan orang berlatar belakang politik.

Kenyataannya kata dia, setelah arsitektur kabinet diumumkan, ternyata dari 34 kementerian, 18 menteri profesional dan 16 dari unsur partai politik yang disebut profesional politik.

“Istilah profesional politik tidak lazim. Menurut kami Jokowi tidak konsisten dengan pernyataannya. Penggunaan istilah profesional politik adalah suatu upaya mengelabui dan menutupi pernyataannya terdahulu,” kata dia.

Djamaludin menegaskan dengan dua inkonsistensi tersebut, maka timbul pertanyaan di kalangan “wong cilik” atau masyarakat bawah, apakah Jokowi sulit menepati janjinya atas perampingan kabinet dan zaken kabinet akibat adanya tekanan politik.

Menurut Djamaludin, selama ini Presiden RI selalu dikenang karena ciri khas kepemimpinannya. Soekarno dikenang sebagai oratur ulung pemersatu bangsa, Soeharto dikenal sebagai ahli strategi dan bapak pembangunan, Habibie sebagai ahli dirgantara dan kebebasan pers, Abdurahman Wahid sebagai bapak pluralisme bangsa, Megawati sebagai pejuang demokrasi dan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden pencitraan stabilitas ekonomi.

“Apakah Jokowi yang selalu inkonsisten bisa dikenang sebagai presiden ‘wong cilik’. Maka itu somasi kami sampaikan, dan atas tanggapan baik dari Jokowi, serta kerja sama yang baik kami mengucapkan terima kasih,” jelas dia. AN-MB