Keterangan foto: Tokoh masyarakat Karangasem Ida Bagus Oka Gunastawa/MB

Karangasem (Metrobali.com) –

Dalam upaya recovery pariwisata pasca erupsi Gunung Agung dan serangkaian dengan Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Pemerintah Kabupaten Karangasem memfasilitasi pagelaran Genjek Kolosal yang menghadirkan 18 ribu orang dari berbagai komponen masyarakat beragam suku dan agama yang ada di Kabupaten Karangasem. Genjek Kolosal ini akan digelar Minggu, 28 Oktober 2018 mulai pukul 15.00 Wita di Taman Soekasada Ujung, Karangasem.

Genjek merupakan seni tradisional asli Karangasem yang memadukan unsur seni vokal dan gerak. Seni tradisional Bali ini lebih
menonjolkan paduan suara kemudian diiringi dengan musik vokal yang meniru suara alat gamelan dengan toreng dan cipak.

Kemudian dipadu dengan gerak para penarinya. Pagelaran Genjek Kolosal ini dimaksudkan untuk pelestarian seni budaya yang ada di Kabupaten Karangasem.

Banyak dukungan dan apresiasi terkait pagelaran Genjek Kolosal ini. Salah satunya datang dari tokoh masyarakat Karangasem Ida Bagus Oka Gunastawa. Baginya, melalui kegiatan ini masyarakat Karangasem diajak menyongsong pembangunan dan mengelola suasana kebatinan dalam nuansa suka cita.

“Genjek Kolosal ini memasuki tahun kedua. Ini bagus dilaksanakan secara rutin tiap tahun dan bukan sesuatu yang direkayasa atau dibuat-buat seperti tari di daerah lain yang penarinya sampai kesurupan massal. Sebab genjek adalah teater rakyat yang hidup setiap hari di masyarakat dan menjadi bagian kehidupan sosial budaya masyarakat Karangasem,” kata Oka Gunastawa saat ditemui di Karangasem, Selasa (23/10/2018).

Genjek adalah hiburan rakyat yang menggambarkan adanya interaksi pergaulan di tengah masyarakat. Juga biasanya sebagai ungkapan rasa syukur dalam proses produksi pertanian atau masa panen.

Namun kini lewat pagelaran Genjek Kolosal ini, Pemerintah Daerah Karangasem seperti mengangkat derajat genjek menjadi naik kelas dengan disediakan ruang kreativitas melalui panggung yang lebih megah. Pagelaran disaksikan juga oleh seluruh kalangan masyarakat Bali termasuk wisatawan mancanegara dari berbagai penjuru dunia.

“Inisiatif ini yang patut kita apresiasi. Bahwa teater rakyat yang hidup sehari-hari diangkat ke  panggung yang lebih besar. Dari kegiatan rakyat yang dinyanyikan di pelosok-pelosok desa menjadi pentas kesenian yang berskala nasional dan bahkan dunia,” ungkap Oka Gunastawa.

Terkait masih ada sekelompok orang atau pihak-pihak yang berpandangan sumir dan nyiyir terhadap pagelaran Genjek Kolosal ini, Oka Gunastawa menyebutkan hal tersebut wajar saja. Ia menyebutkan bahwa mereka itu seperti gagal move on dari bencana erupsi Gunung Agung tahun lalu. Hanya bisa meratapi kesedihan dan mengkritik pemerintah tanpa melakukan aksi nyata dan tidak punya optimisme ikut bersama-sama membangun daerah.

“Genjek Kolosal ini bukan sekadar gaya-gayaan atau jor-joran. Biayanya juga tidak besar. Tapi dengan pelibatan belasan ribu masyarakat inilah bentuk partisipasinya nyata masyarakat Karangasem untuk bersama-sama bangkit demi membangun Karangasem,” tegas Oka Gunastawa.

“Jangan menangis kalau Karangasem tertinggal jika pola pikir kita masih melihat segala sesuatu yang dilakukan pemerintah daerah itu salah,” katanya menambahkan.

Begitu juga soal pencatatan Genjek Kolosal ini ke dalam Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), Oka Gunastawa memandang rencana itu sah-sah saja dan bukan sesuatu yang harus diperdebatkan. Sebab tujuan utama pagelaran Genjek Kolosal ini bukan untuk mencetak rekor MURI melainkan spirit untuk membangkitkan optimisme masyarakat Karangasem pasca bencana.

Pencatatan rekor MURI ini hanya kebetulan saja karena memang ada momen yang perlu diabadikan atau dicatatkan sebagai bagian perjalanan sejarah panjang masyarakat dan pemerintah di bawah kaki Gunung Agung itu.

“Jadi MURI ini hanya soal pencatat dan bonus saja. Sebab genjek ini bukan sekali ditampilkan langsung selesai. Namun ia mengakar dari keseharian masyarakat Karangasem. Setelah pagelaran Genjek Kolosal ini pun genjek tetap hidup sebagai teater rakyat,” paparnya.

Di sisi lain ia juga mengapresiasi partisipasi aktif masyarakat Karangasem. Hal ini terbukti jumlah peserta kali ini jauh lebih besar yang mencapai 18 ribu orang dimana pada pagelaran Genjek Kolosal tahun lalu tercatat hanya ada 15.361 orang peserta.

“Ini luar biasa menunjukkan kekuatan dan ikatan sosial yang sangat erat dari masyarakat Karangasem. Hal ini menjadi modal sosial yang kuat untuk menyukseskan berbagai rencana pembangunan yang diinisiasi oleh Bupati Karangasem bersama jajaran,” pungkas Oka Gunastawa.

Sementara itu sejumlah pejabat negara juga diundang dalam acara  Genjek Kolosal. Seperti Menteri Pariwisata, Menteri Sosial, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Menteri Perdagangan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pemuda dan Olahraga, sejumlah  Dirjen Kebudayaan, Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama.  Gubernur Bali, Ketua DPRD Provinsi, bupati/walikota se-Bali dan pejabat lainnya juga rencana hadir.

Seperti diketahui pasca erupsi Gunung Agung, Pemerintah Kabupaten Karangasem memang gencar berupaya untuk memulihkan pariwisata melalui beberapa event yang juga difasilitasi oleh Pemerintah Pusat. Misalnya Discover Karangasem, Karangasem World Cultural Village Festival, Festival Tenganan, Festival Tirtagangga, Festival Subak dan Festival Taman Ujung.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati