Ogoh 0goh Jokomania di Bali
Denpasar (Metrobali.com)-

Malam ini, umat Hindu Bali akan menjalani malam pengerupukan. Malam pengerupukan merupakan malam sebelum hari raya Nyepi dilaksanakan. Pada malam itu ogoh-ogoh (boneka raksasa) diarak keliling kota.

Ogoh-ogoh sendiri dalam ajaran Hindu merupakan manifestasi Bhutakala. Bhutakala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhutakala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud raksasa.

Selain wujud raksasa, ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di mayapada, syurga dan naraka seperti naga, gajah, garuda, Widyadari, bahkan dewa.

Namun, di Kota Denpasar, ada pula ogoh-ogoh yang dibuat oleh Jokowimania. Meski sudah ada pelarangan keras agar ogoh-ogoh menghindari nuansa politis, namun ogoh-ogoh di Jalan Kapten Sujana, Denpasar ini tetap mengusung tema politis.

Ogoh-ogoh yang dibuat oleh Jokowimania Pemuda Kapten Sujana itu merupakan perwujudan wayang Jawa. Ia sedang menarik panah. Kental nuansa Solo, Jawa Tengah, tempat calon presiden Joko Widodo dilahirkan.

Ogoh-ogoh ini dipajang di depan rumah Nyoman Tenaya. Tahun lalu, Nyoman Tenaya membuat kontroversi dengan ogoh-ogoh mirip Anas Urbaningrum yang tergantung di Monumen Nasional (Monas).

Sayang, tak ada warga yang mau memberikan keterangan terkait ogoh-ogoh Jokowimania tersebut. JAK-MB