Aksi Solidaritas Peduli Banjir Jabodetabek di CFD Renon (12/1).

Denpasar (Metrobali.com) –

Dua minggu berlalu sejak banjir Jabodetabek yang menerjang awal dekade, namun hingga kini masih menyisakan pilu. Dampak dari banjir yang melanda Ibu kota dan sekitarnya jauh lebih besar pasca surutnya air. Masih banyak warga yang belum tersentuh bantuan sebab jalur evakuasi yang terisolir. Timbunan lumpur serta licinnya jalan memutus akses utama dan satu-satunya untuk mencapai desa. Hal tersebut menyulitkan tim di lapangan tersendat mendistribusikan logistik dan medis. Bahkan tak jarang hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki hingga 10 km jauhnya dan memakan waktu hingga 6 jam. Belum lagi apabila malam yang minim pencahayaan, sebab masih banyak desa-desa yang hingga kini masih mengalami listrik mati, sehingga ekspedisi dan evakuasi di malam hari hanya bergantung pada sorot mobil maupun lampu senter yang dibawa.

Salah satu desa di Bogor, tepatnya Desa Sibentang, satu desa harus tidur dalam pengungsian beratap terpal yang berlubang dan beralas karung. Tim Aksi Cepat Tanggap-Masyarakat Relawan Indonesia (ACT-MRI) di lapangan yang menemani dan memberikan trauma healing kepada korban anak-anak di pagi harinya (10/5) masih terdengar suara longsoran. Sementara itu, di wilayah Bogor dan Lebak Banten, beberapa sekolah terpaksa meliburkan siswanya dikarenakan bangunan sekolah yang roboh dan potensi bencana susulan yang masih mengintai. Hal tersebut tentu berdampak banyak bagi proses pendidikan anak-anak korban terdampak, terutama bagi mereka yang berada di jenjang kelas 6 SD yang akan menempuh Ujian Nasional.

Hal yang sama harus diterima oleh para petani. Banjir dan longsor yang menerjang membuat lahan pertanian dan lumbung panen rusak berat sehingga mengakibatkan gagal panen dan tak dapat berkebun untuk beberapa waktu ke depan.

Cegah bencana menjadi kemiskinan, ACT Bali kembali menggelar Aksi Solidaritas Peduli Banjir Jabodetabek di CFD Renon (12/1) lalu, dengan dua titik sebaran. Berkolaborasi dengan Bali Barber Community, dimana masyarakat dapat menikmati layanan cukur profesional dengan membayar seikhlasnya, yang dimana seluruh dana yang terkumpul akan diberikan seluruhnya untuk korban dan kebutuhan darurat di lapangan lainnya. Turut meramaikan juga di dalamnya para komunitas dalam aksi peduli Banjir Jabodetabek Reptile Bali, Bujangers, Akustik SBDW, Solois Violinist dan Akustik Adelia Alika dan Pradipta Wijaya, komunitas sosial Ketimbang Ngemis Bali, FSLDK Bali, RVI Bali dan MRI Denpasar.

“Tujuan kami di sini untuk membantu saudara-saudara yang terkena banjir Jabodetabek. Semoga apa yang dilakukan dan apa yang dihasilkan dapat memberikan dan meringankan sedikit beban mereka yang ada di sana,” ujar Tomi, perwakilan dari Bali Barber Community.

Sementara itu, Sofia, Kepala Marcomm ACT Bali menuturkan, ACT Bali akan terus berbagi kabar terkini dan memberikan bantuan secara terus-menerus hingga keadaan pulih mengenai musibah yang melanda Jakarta dan sekitarnya. Banjir yang telah lama surut bukan berarti susut. Dampak dari pasca banjir itu yang justru harus terus diberikan perhatian, jangan sampai karena berkurangnya pemberitaan di media tentang bencana ini membuat kita luput bahwa kondisi korban dan tim di lapangan masih berjibaku mengevakuasi para warga dan keadaan mereka yang jauh dari keadaan kondusif.

Hingga saat ini bencana banjir dan longsor di Jabodetabek, Jabar dan Banten, ACT telah membuka 56 posko di Jabodetabek serta puluhan posko lainnya di wilayah Jabar dan Banten. Selain itu, guna menunjang kebutuhan para penyintas bantuan makanan, minuman dan Ambulance Pre-Hospital terus dilangsungkan oleh Tim ACT.

Pewarta : Hidayat
Editor : Hana Sutiawati