Denpasar (Metrobali.com)-

Sekaa Gong Widya Dharma Bakti Kelurahan Kapal yang menjadi duta Kab. Badung pada ajang Pesta Kesenian Bali XXXIV tampil memukau. diawali tembang pembuka Tabuh Pepanggulan “Kunganing Raras” garapan I Ketut Lanus dengan penata vocal Desak Made Suarti Laksmi, penonton yang  memadati panggung terbuka Arda Candra Art Centre Depansar, seakan terhipnotis oleh penampilan duta Kab. Badung ini. Hadir pula menyaksikan dalam parade ini Wabup Badung I Ketut Sudikerta beserta Ny. Ayu Sri Sudikerta, Walikota Denpasar IB. Rai Mantra dan segenap pimpinan SKPD di jajaran Kab. Badung dan Kota Denpasar, Rabu(27/6).

Tabuh ini merupakan garapan pepangulan yang menceritakan tentang keindahan dan kecintaan musikal yang diwujudkan dalam bentuk garapan kerawitan vocal instrument dengan tatanan yang begitu apik, mengalir begitu indah di setiap telinga yang mendengarkan. Tabuh ini nyaris sempurna dibawakan oleh Sekaa gong Widya Dharma Bakti Kelurahan Kapal. Penampilan energik dan inovatif tak hayal membuat penonton terkesima, dan tak henti-hentinya memberikan aplaus.

Pada penampilan berikutnya duta Kab. Badung ini membawakan legong kreasi “Manik Galih” dengan penata karawitan I Ketut Rudita dan penata tari Ni Putu Wiwin Astari yang menceritakan Sri Jayengrat, suami Dewi Manik Galih yang telah berpulang ke alam Wisnu Loka. Karena rindu yang tak tertahankan maka Dewi Manik Galih pun mesatya geni agar dapat bersatu dengan Sri Jayengrat.

Pada sesi ketiga duta Kab. Badung kembali menunjukkan kepiawaiannya melalui sebuah garapan tabuh kreasi “Jong Jayengrat” dengan penata karawitan I Wayan Widia, yang terinspirasi dari kutaran kanda Dewa Purana Bangsul Purusadha. Tabuh ini menceritakan penghanyutan abu Dewi Manik Galih dengan dua buah perahu, yang disajikan dengan sangat apik yang membuat penonton terkagum dan engan meningalkan tempat duduknya.

Dan pada sesi terakhir dipersembahkan sebuah fragmentari “Semara Wisaya” dengan penata tabuh I Wayan Widia, penata tari A.A. Gde A. Rahma Putra dan penata peroperti A.A. Bagus Sudarma. Fragmentari ini menceritakan ritus kehidupan berproses secara alami dari kelahiran (upeti), kehidupan (stiti) dan kematian (pralina) yang mampu dibawakan secara kreatif dan inovatif yang membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. Penataan panggung yang apik, lemah lemuh gemulai penari membuat sebagian besar penonton terkagum oleh penyajian duta Kab. Badung ini tak terkecuali para pejabat yang menyaksikannya. GAB-MB