Denpasar (Metrobali.com)-

Pasemetonan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) yang merupakan klan terbesar di Bali membebaskan warganya untuk menentukan calon gubernur yang dipilih pada Pilkada 15 Mei 2013.

“Kami memberi kebebasan penuh kepada ‘sameton’ (warga) untuk menyampaikan aspirasi politik. Yang penting, pilih yang terbaik di antara yang baik. Tetapi kalau yang terbaik itu calon gubernur yang berasal dari sameton sendiri, tidak salah untuk dipilih,” kata Ketua Umum Pusat MGPSSR Prof Dr I Wayan Wita di Denpasar, Sabtu (11/5).

Pada Pilkada Bali kali ini, calon gubernur incumbent Made Mangku Pastika yang berpasangan dengan Ketut Sudikerta merupakan salah satu warga Pasemetonan Pasek. Sekitar 65-70 persen umat Hindu di Bali merupakan bagian dari Pasemetonan Pasek. Ini yang akan memberikan suara pada Pilgub Bali, tanggal 15 Mei.

“Anggota kami adalah orang-orang yang sudah dewasa dan sudah tentu bisa menggunakan hak politik secara utuh. Mereka tidak tergantung kepada iming-iming apapun,” tegasnya.

Yang jelas, tegas dia, Bali ke depannya akan menghadapi persoalan yang sangat kompleks sehingga dibutuhkan pemimpin yang berwawasan jauh ke depan dan inovatif.

“Bali ke depan harus dibangun secara modern tanpa tercerabut dari kearifan lokal. Untuk mencapai cita-cita itu hendaklah pemimpin didukung penuh oleh masyarakat Bali,” ujarnya.

Mantan Rektor Universitas Udayana ini mengatakan Bali juga membutuhkan keamanan dan kestabilan, apalagi tahun ini akan menjadi tuan rumah dari berbagai kegiatan berskala internasional. “Oleh karena itu, mari kita semua berusaha menjaga supaya Pilkada Bali berlangsung lancar dan damai,” ajaknya.

Ia menjelaskan bahwa Pulau Dewata merupakan barometernya Indonesia dan dunia. Dia mengibaratkan jarum hilang saja di Bali akan menjadi berita dunia, terlebih kalau sampai terjadi situasi yang tidak kondusif gara-gara Pilkada Bali, dampaknya akan sangat besar.

“Kami melihat Bali selama lima tahun terakhir sudah lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Memang untuk menjadikan Bali yang terbaik adalah mimpi kita bersama yang masih harus dilakukan secara bertahap. Mencapai itu tidak semudah membalikkan telapak tangan,” kata Wita. INT-MB