Jpeg

Sudarta bersama wartawan Metrobali.com Nyoman Susarjana, di rumahnya Banjar/Dusun Pekandelan, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten  Klungkung/MB

Klungkung ( Metrobali.com )-

Kini keseharian Nyoman Sudarta (40) harus dihabiskan di tempat tidur. Pasalnya, warga Banjar/Dusun Pekandelan, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten  Klungkung ini menderita lumpuh pasca mengalami jatuh dari pohon Timbul lima tahun silam.

Ketika ditemui di rumahnya, Rabu (27/7), Sudarta yang sadang duduk depan kamar tidurnya menceritakan asal muasal dirinya mengalami kelumpuhan. Lima tahun silam, kata Sudarta ini, dirinya mengalami musibah jatuh dari pohon Timbul ketika sedang memotong ranting pohon sukun untuk kayu bakar.

“Pagi itu saya pegi ke ladang tidak jauh dari rumah dengan tujuan akan menebang pohon Timbul untuk kayu bakar, ” ujar Sudarta yang didampingi istrinya, Ni.Kadek Mudiari (32) lirih.

Awalnya, tidak ada firasat apa saat memanjat pohon timbul. Begitu menebang ranting untuk dijadikan kayu bakar diketinggian sekitar 15 meter, tiba-tiba Sudarta terjatuh, bersamaan dengan kayu yang dipotong. Sebelum sampai ke tanah, sempat nyangkut di pohon Cengkeh yang berada di samping pohon timbul yang dipanjat dan akhirnya jatuh dengan posisi tengkurup.

Beberapa menit kemudian Made Renak (80) yang tidak lain ayah Sudarta menemukannya tergeletak tidak sadarkan diri dan bersama tetangga dilarikan ke RSUD Klungkung.  Bahkan kalau melihat pohon tinggi, ingatan pertiwa itu masih terus terbayang. “Sampai sekarang masih trauma,” ujar Sudarta dengan mata berkaca-kaca di rumahnya Dusun Pekandelan, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan,  Klungkung, Rabu (27/7).
Meski jatuh dari pohon setinggi 15 meter itu  tidak mengalami patah tulang hanya luka lecet di beberapa bagian tubuhnya kemudian dirujuk ke rumah sakit umum pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar. ” Di RSUD Klungkung hanya mampir aja karena tidak mengalami patah tulang oleh dr jaga IGD dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar, ” jelasnya.

Selama seminggu rawat inap di Sanglah kondisi Sudarta semakin memburuk karena berdasarkan hasil pemeriksaan dokter ada syarat yang terjebit di bagian punggungnya. Karena tidak ada biaya untuk operasi dan perawatan di rumah sakit, ahirnya dibawa pulang. ” Biaya perawatan untuk menyembuhkan lumpuh total dari dada hingga ujung kakinya sudah tidak terhitung, bahkan mencapai puluhan juta rupiah, ” ujarnya sembari menggeser kantong plastik menampung air kecil.
Biaya pengobatan yang digunakan hasil pinjaman orang tuanya dari tetangga dan bank, akunya.

Setelah lima tahun berlalu, kondisi Sudarta tidak ada perubahan. Kedua kakinya semakin mengecil dan tidak bisa digunakan untuk berjalan. Untuk akitivitas sehari – hari, seperti buang air kecil menggunakan slang yang dimasukkan ke dalam wadah kantong plastik. Tetapi untuk buang air besar mengandalkan kedua tangan untuk berjalan ke kamar mandi. Agar lebih mudah beraktivitas, Sudarta terpaksa tidur di lantai dengan beralasan matras plastik. Suami dari Kadek Mudiari,32, ini hanya berbaring di tempat tidur. Tidak bisa bekerja untuk mebiayai hidup keluarganya dan biaya sekolah anak semata wayangnya Ni Luh Maya Tresna Putri yang usianya saat ini 5 tahun. “ Saya pingin sekali sembuh, biar bisa bekerja lagi,” ungkapnya.

Untuk makan sehar-hari sang istrilah menjadi tumpuan hidup keluarga dengan bekerja serabutan. Terkadang orang tua Sudarta membantu itupun dari hasil panen di sawah. Parahnya lagi selama ini Sudarta yang menderita cacad fisik ini tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah khususnya Dinsos. ” Bantuan dari pemerintah belum pernah dapat, ” ujarnya. SUS-MB