Karnaval Onthel 9Karnaval Onthel 8

Denpasar (Metrobali.com)-

Suasana di Lapangan Puputan Badung, I Gusti Ngurah Made Agung, Minggu 9 Februari 2014 tampak seperti jaman tempo dulu. Ribuan sepeda ontel dari berbagai merek tampak mejeng dan menyesaki areal lapangan tersebut.

Ontelis, sebutan keren dari para penggemar sepeda tua ini datang dari hampir seluruh wilayah di Indonesia, dengan menggowes langsung sepedanya dari masing-masing daerah menuju Kota Denpasar untuk mengikuti Kongres Sepeda Tua ke-3. Kongres ke-3 ini juga digelar serangkaian Hut Kota Denpasar ke-226.

Kegiatan Karnaval Sepeda Ontel ini dibuka Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra. Usai membuka acara, Rai Mantra turut serta mengikuti Karnaval Sepeda Ontel. Tidak saja menaiki tunggangan klasiknya, para peserta yang tergabung dalam Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) di masing-masing daerah di Indonesia ini juga menggunakan berbagai atribut layaknya jaman kerajaan dan penjajahan. Seperti berpakaian ala Bapak Proklamator RI Bung Karno, Tentara Indonesia, Tentara Jepang dan Belanda hingga berpakaian ala rakyat jelata.

Di samping itu setiap perserta yang datang dari seluruh Indonesia ini seperti Banyuwangi, Madura, Pekalongan, Blitar, Surabaya, Jakarta, Jember, Mojokerto, Jombang, Pamekasan, Madiun, Jogjakarta, Solo, Bandung, Tanggerang, hingga Lampung dan Kalimantan, membawa ciri khas pakaian masing-masing daerahnya.

Hal ini menjadi tontonan menarik bagi masyarakat Denpasar yang hampir jarang ditemui pada hari-hari biasa. Tidak luput juga dalam karnaval sepeda ontel ini masing-masing peserta membawa oleh-oleh khas daerah masing-masing yang juga diisi dengan pertukaran oleh-oleh diatas panggung.

Dengan mengambil start di Jalan Udayana Denpasar, Karnaval Sepeda Ontel yang diikuti sekitar 5.000 peserta ini membuat suasana Kota Denpasar seperti pada jaman dulu. Apalagi, jalur yang dilalui para ontelis ini melewati sepanjang kawasan kurve “Z” Kota Denpasar sebagai kawasan jelajah pusaka dari Puri Pemecutan hingga Puri Satria Denpasar yang menambah kentalnya suasana tempo dulu.

Para ontelis ini juga dapat menikmati  objek wisata aktivitas perekonomian hingga sejarah Kota Denpasar. Selama kegiatan juga tersedia onderdil sepeda tua yag jarang dapat kita beli di toko sepeda biasa. Tampak juga masyarakat sangat menikmati acara ini. Tak jarang sejumlah masyarakat tampak memadati areal pameran sepeda tua yg memajang sepeda tua dari tahun 1918 hingga tahun 1980. Di acara ini juga dijual sepeda ontel dengan berbagai jenis dan merek.

Harganya mencapai taksiran Rp10 juta hingga Rp20 juta. Pada acara ini juga ditampilkan berbagai macam hiburan seperti tari okokan, rindik piano serta berbagai macam hiburan lainnya.

Sementara Sukisno salah satu peserta dari jember yg datang dengan temannya bersama 20 orang ontelis mengaku sangat senang dan terkesan dengan kongres ke-3 yang terselenggara di Ibu kota Provinsi Bali itu. Di samping dapat bertemu dengan ontelis daerah lainnya, ia juga mengaku dapat berwisata di Pulau Dewata ini.

“Senang, mengikuti kongres sambil wisata,” imbuhnya, Minggu 9 Februari 2014. Lain lagi pengakuan dari Fatoni asal Pontianak yang mengatakan dari Konggres ke-3 ini ia dapat bertukar informasi tentang sepeda tua. “Di sini saya dapat bertukar pikiran tentang ontel,” ungkapnya.

Bahkan kongres ini juga dihadiri oleh President International Veteran Cycling Association (IVCA), Mr Jos Rietveld dari Belanda. JAK-MB