tuna

Jakarta (Metrobali.com)-

Sekitar 30 persen produksi atau penangkapan ikan tuna secara global diperkirakan berasal dari perairan Indonesia namun angka itu harus lebih dioptimalkan untuk meningkatkan kinerja sektor kelautan dan perikanan di Tanah Air.

“Seharusnya Indonesia sudah bisa menjadi negara yang maju karena kekayaan maritimnya,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (5/2).

Menurut Susi Pudjiastuti, perairan Indonesia menjadi habitat atau “fishing ground” berbagai jenis ikan ekonomis penting termasuk tuna, dan diperkirakan 30 persen produksi tuna dunia berasal dari perairan Indonesia.

Namun, lanjutnya, semua itu ternyata tidak menjadikan Indonesia bisa berjaya sebagai negara maritim. Apalagi, ia mengemukakan bahwa kerugian negara di bidang kemaritiman sebagian besar disebabkan oleh hilangnya potensi hasil tangkapan akibat pencurian ikan.

Menurut dia, nilai kerugian tersebut dapat disebut cukup fantastis, karena diperkirakan mencapai Rp300 triliun per tahun.

Untuk itu, Menteri Kelautan dan Perikanan menegaskan bahwa sudah saatnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan perlu dilakukan secara lestari dan keberlanjutan.

“Bapak Presiden (Joko Widodo) ingin menjadikan laut sebagai sumber perekonomian dan kedaulatan bangsa. Tidak hanya untuk lima tahun, tapi 10 tahun dan seterusnya untuk generasi yang akan datang,” ucap Susi.

Peneliti kelautan Universitas Bung Hatta Padang, Sumatera Barat (Sumbar) Dr Eni Kamal mengatakan ikan tuna yang ada di perairan Sumatera Barat memiliki kualitas terbaik dan merupakan yang termahal di dunia.

“Satu ekor Ikan tuna asal Sumatera Barat seberat 150 kilogram dengan panjang sekitar 1,6 meter harganya dapat mencapai Rp250 juta di Jepang,” kata Eni di Padang, Senin (19/1).

Eni mengatakan bagusnya kualitas tuna Sumatera Barat terutama di perairan Mentawai karena merupakan puncak dari siklus perjalanan spesies tersebut dari Samudera Pasifik.

Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Herwindo mengeluhkan penurunan mutu ikan tuna yang antara lain karena kebijakan pelarangan “transshipment” atau pengalihmuatan di tengah laut benar-benar diterapkan.

“Dampak pelarangan transshipment dengan kapal-kapal angkut yang menuju pelabuhan Indonesia adalah jumlah tangkapan tuna makin sedikit dan terjadi penurunan mutu,” kata Herwindo kepada Antara di Jakarta, Senin (12/1).

Menurut Herwindo, hal itu bisa berimplikasi kepada beragam hal terkait perekonomian sektor kelautan dan perikanan seperti kehilangan pasar tuna di luar negeri.

Selain itu, ujar dia, hal itu juga dapat mengakibatkan jumlah ekspor tuna Indonesia menjadi berkurang padahal tuna merupakan salah satu komoditas ekspor nasional. “Bisa berakibat kita kehilangan pasar tuna di luar negeri, atau pun paling tidak ekspor tuna kita berkurang,” katanya.AN-MB