Jpeg

Denpasar (Metrobali.com)-

Tiga sektor usaha seperti perdagangan, hotel dan restauran dianggap faktor penting dalam meningkatkan kredit perbankan di Bali.

Secara umum perbankan di wilayah Bali menunjukkan kinerja positif. Fungsi intermediasi perbankan dapat berjalan dengan baik, dengan LDR tercatat 84,59 persen pada Juni 2015.

Kinerja positif ini karena didukung dengan faktor pertumbuhan ekonomi eksternal dimana pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 6,12 persen diatas rata-rata nasional yang hanya capai 4,71 persen.

“Di Bali, pertumbuhan kredit perbankan positif, ini karena didukung dengan pertumbuhan ekonomi eksternal, terutama di 3 sektor usaha yaitu perdagangan, hotel dan restauran, usaha  kost-kostan,” kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali Zulmi, di Denpasar, Kamis (20/8).

Lebih jauh dijelaskan Zulmi, pada semester I tahun 2015, kredit industri perbankan Bali naik 4,96 persen menjadi Rp67,53 triliun (6 bulan terakhir dari Januari 2015-Juni 2015). Kenaikan tertinggi yaitu Kredit Kantor Cabang Bank Asing  (KCBA) yang baik 9,78 persen sedangkan penurunan kredit tertinggi pada kelompok Bank campuran sebesar 1,03 persen.

Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan naik 4,47 persen menjadi Rp79,83 triliun. Komponen DPK yang mengalami peningkatan adalah giro sebesar 14,58 persen menjadi Rp13,71 triliun diikuti deposito 12,14 persen menjadi Rp31,96 triliun, sedangkan tabungan turun 4,97 persen menjadi Rp34,16 triliun.

“Pertumbuhan DPK semester I 2015 tersebut meningkat jika dibandingkan triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 2,25 persen. Peningkatan pertumbuhan DPK industri perbankan Bali disumbang oleh pertumbuhan DPK pada kelompok Bank pembangunan daerah dan bank Umum swasta nasional non devisa yang masing-masing naik 28,73 persen dan 18,71 persen,” imbuh Zulmi.

Sejalan dengan pertumbuhan DPK, pertumbuhan aset juga meningkat 3,57 persen pada semester I 2015. Meningkatnya pertumbuhan aset industri perbankan Bali disumbang diantaranya oleh pertumbuhan positif pada kelompok Bank Pembangunan Daerah, Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa masing-masing sebesar 18,78 persen, 6,95 persen dan 6,72 persen.

Selain itu pertumbuhan DPK sebesar 4,47 persen lebih lambat dibanding pertumbuhan kredit yang mencapai 4,96 persen sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) industri perbankan Bali naik 3,45 persen menjadi 84,59 persen masih berada dalam rentang normal atau wajar yaitu 78 persen hingga 92 persen.

Berdasarkan kepemilikan, Bank Umum Syariah Swasta Nasional Devisa, Kantor Cabang Bank Asing, Bank Umum Milik Negara, Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengalami kenaikan LDR, dengan kenaikan terbesar pada Bank Umum Syariah Swasta Nasional Devisa sebesar 8,71 persen. Sementara kelompok Bank Pembangunan Daerah dan Bank Campuran mengalami penurunan LDR masing-masing 15,13 persen dan 11,51 persen.

“Dari data memang kelompok Bank Umum Syariah Swasta Nasional Non Devisa, Bank Umum Syariah Swasta Nasional Devisa dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa memiliki LDR yang cukup tinggi masing-masing 755,43 persen, 171,06 persen dan 125,97 persen jauh diatas threshold 92 persen. Tingginya LDR ketiga kelompok itu lebih disebabkan pendanaan dari Kantor Pusat Bank dan sebagian kecil fundingnya terserap ke masyakat Bali,” tutup Zulmi.SIA-MB