PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Bali optimistis [pada tahun 2015 buha lokal dapat terserap optimal di sektor pariwisata. Keyakinan itu terungkap dalam rapat koordinasi antara Komisi II DPRD Bali dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali dan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Ketua Komisi II DPRD Bali, Tutik Kusuma Wardhani menjelaskan, rapat itu digelar untuk menindaklanjuti perda tentang perlindungan buah lokal. “Setelah ada payung hukumnya, kita dituntut untuk menyiapkan langkah implementatif,” kata Tutik di Gedung DPRD Bali, Senin 10 Juni 2013.
Ia menilai perlindungan buah lokal diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi petani lokal. Tutik juga berharap dengan diproteksinya buah lokal, maka petani Bali dapat terus melanjutkan produksi buah untuk berbagai keperluan itu.  Untuk itu ada tiga hal yang mesti dijaga agar buah buah lokal terus dapat bersaing dengan buah impor. Ketiga hal tersebut adalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas buah lokal Bali.
“Ketiga hal ini penting untuk dijaga jika ingin buah lokal terus bertahan dan diserap oleh industri pariwisata,” papar dia. Menurut Tutik, sulit untu melarang masuknya buah impor ke Pulau Dewata. Yang bisa dilakukan justru meningkatkan kualitas dan hasil produksi petani Bali. “Maka seluruh instansi terkait harus bersinergi meningkatkan kualitas produk buah lokal kita,” ajak Tutik.
Kini, kata dia, seiring meningkatnya kualitas dan produksi buah lokal, keberadaan buah impor yang marak di pasaran mulai terkikis keberadaannya. Sebaliknya, eksistensi buah lokal kian merangsek memenuhi kehidupan masyarkat Bali, baik untuk konsumsi, sarana upakara, maupun kebutuhan industri pariwisata yang tumbuh pesat di Pulau Seribu Pura ini.
Dengan eksisnya buah lokal, Tutik berharap masyarakatikut mebantu tumbuh kembang peredaran buah lokal. Caranya, sambung Tutik, suka tidak suka masyarakat harus mengonsumsi buah-buahan hasil produk pertanian Bali tersebut. Tutik menilai buah lokal selain baik untuk menjaga kualitas hasil produksi pertaian Bali, juga sangat baik untuk kesehatan masyarakat.
“Buah lokal lebih fresh, bersih dan lebih sehat. Itu yang mesti disosialisasikan,” ungkap dia. Kini, imbuh Tutik, buah lokal mulai merangsek di pasaran, sementara keberadaan buah impor mulai menipis. Sekarang, kata Tutik, suka atau tidak suka masyarakat wajib mengonsumsi untuk mempertahankan daya saing buah lokal kebanggaan Bali. “Yang penting sekarang adalah pentingnya mengedepankan kualitas, menyerap dan mengonsumsi buah lokal,” papar calon anggota DPR RI itu.
Hal terpenting yang juga harus menjadi perhatian pemerintah adalah mengedepankan sinergi dalam anggaran. Hal itu sangat penting, lantaran jika anggaran lintas instasi terkait disinergikan akan sangat efektif untuk menjaga eksistensi buah lokal. Saat ini, pos anggaran untuk menjaga kualitas hasil pertanian Bali masih terpencar-pencar berdasarkan intitusi terkait.
Saat ini, sektor pariwisata Bali belum sepenuhnya menyerap buah impor untuk kebutuhan mereka. Perlu dorongan agar sektor pariwisata Bali yang tumbuh pesat dapat menyerap keberadaan buah lokal Bali. “Kita sebagai pihak yang bertanggungjawab harus menyiapkan segala kebutuhan agar kualitas produk pertanian kita utamanya buah lokal semakin baik dari hari ke hari. mulai dari menyiapkan bibit yang unggul serta sarana lainnya,” demikian Tutik. BOB-MB