Denpasar (Metrobali.com)-

Perolehan devisa nonmigas Bali khusus dari kerajinan patung berbahan baku kayu hanya 29,7 juta dolar AS selama enam bulan I-2011, berkurang jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya mencapai 43,9 juta dolar.

Melorot perolehan devisa itu akibat pengapalannya berkurang dari 26,1 juta pcs menjadi hanya 18 juta pcs ke pasar luar negeri, kata Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Putu Bagiada SE di Denpasar Sabtu.

Jadi perdagangan hasil kerajinan ini berkurang baik volume maupun perolehan devisanya, namun diharapkan dalam kurun waktu beberapa bulan menjelang akhir tahun, pesanan yang diterima perajin semakin bertambah banyak.

Permintaan pembeli mancanegara terhadap aneka kerajinan berbahan baku kayu mulai berdatangan, namun jumlahnya relatif masih sedikit tidak seramai seperti yang pernah terjadi tahun-tahun sebelumnya.

Memasuki pertengahan tahun 2011 sudah ada permintaan melalui kargo, tetapi jumlahnya masih kecil sekitar 50-100 pcs, kata Made Susila, pengusaha kerajinan asal Kecamatan Tegalalang Gianyar.

Ia yang memproduksi aneka kerajinan berbahan baku kayu seperti patung, perabotan rumah tangga tetap saja berproduksi, namun jumlahnya relatif sedikit mengikuti permintaan pasar yang kondisinya agak sepi.

Ratusan perajin di pusat kerajinan Tegalalang, Gianyar tetap berharap mengalirnya pesanan yang datang dari pengusaha mitra bisnisnya dari luar negeri seperti asal Amerika Serikat, Australia, Eropa dan Asia lainnya.

Pembeli dari Spanyol, Australia hingga Amerika sudah mulai melakukan pemesanan kerajinan kayu seperti patung Buddha, patung asmat, kursi antik, panil dewa-dewi dan lainnya, kata Made di bengkel kerjanya.

Pesanan akan lebih gencar datang kepada perajin biasanya setelah mendekati hari raya Natal dan Tahun Baru, diharapkan importir dari negara-negara lain kembali menyusul melakukan transaksi di Bali.

Sedikit pesanan yang diterima perajin Bali selama tahun ini menyebabkan realisasi ekspor nonmigas Bali yang sebagian besar dari aneka kerajinan kayu melorot hingga 32,2 persen periode Januari-Juni 2011.