Vaksinasi Rabies

Denpasar (Metrobali.com)-

Sebanyak 120 orang petugas kesehatan yang terbagi menjadi 20 tim penanggulangan penyakit rabies di Bali mengikuti pelatihan persiapan melaksanakan vaksinasi massal di empat zona merah pada pertengahan April 2015.

“Pelatihan dilakukan empat hari (10-13 Februari 2014) dan 20 tim itu bertugas di zona merah, untuk mengeleminasi kasus rabies,” kata Kabid Keswa Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, drh Nata Kesuma di Denpasar, Kamis (12/2).

Upaya pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan petugas saat di lapangan baik dalam proses penangkapan dan vaksinasi anjing liar maupun dalam mendorong partisipasi masyarakat.

Nata menuturkan dalam satu tim tersebut beranggotakan enam orang yang terdiri dari satu orang dokter hewan atau vaksinatur, pencatat (satu), dan pertugas menangkap anjing (empat), sedangkan keseluruhan ada 20 tim.

“Hal terpenting, kami segera mempersiapkan tim vaksinasi (e-tim) yang khusus bertugas menangkap anjing liar untuk divaksinasi,” ujarnya.

Untuk petugas yang dikerahkan dalam melakukan vaksinasi massal yang berada di daerah zona merah tersebut yakni Kabupaten yang tahun lalu banyak terjadi kasus rabies aktif.

“Dalam satu tim itu, keenam orang ini lah yang bertugas memvaksinasi anjing liar tersebut,” katanya.

Ia mengatakan daerah yang menjadi fokus utama dalam melakukan vaksinasi masal tersebut yakni di daerah Batu Baang, Kabupaten Karangasem, Bali. Kemudian, Desa Tegalalang (Gianyar), Posanten (Negara), dan Nusa Dua (Badung).

“Keempat kabupaten itu yang nantinya lebih difokuskan dalam melakukan vaksinasi massal,” ujarnya.

Untuk tim regulel vaksinasi massal, kata dia, pihaknya juga mengerahkan sejumlah tim untuk bertugas di zona kuning yang ada di Kabupaten/kota lainnya seperti Denpasar, Kabupaten Tabanan, Bangli, Klungkung, Buleleng.

“Artinya kemampuan e-tim dan reguler tersebut memiliki kemampuan yang berbeda, dimana untuk tim vaksinasi khusus (e-tim) tersebut harus mampu menangkap anjing liar,” ujarnya.

Namun, pihaknya mengakui terdapat kendala dilapangan saat melakukan vaksinasi massal itu pada jumlah tim yang kemungkinan berkurang sehingga diupayakan semaksimal mungkin untuk personil dalam satu tim tersebut.

Selain itu, anggota tim penanggulangan rabies di kabupaten/kota yang juga ikut membantu dalam melakukan vaksinasi massal tersebut.

Dalam melakukan vaksinasi masal tersebut juga melibatkan semua elemen masyarakat, kalangan mahasiswa, dokter praktek, praktisis, dan LSM.

“Kita juga meminta bantuan kepada seluruh elemen masyarakat untuk pemantauan jumlah anjing liar tersebut,” ujarnya.

Hal terpenting yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan vaksinasi massal itu adalah bagaimana peran aktif masyarakat ikut menjaga kesehatan hewan yang dipelihara dan diliarkan.

“Ketika masyarakat terlibat dalam pengawasan populasi anjing liar itu tidak ternilai kontribusinya untuk menekan kasus rabies di Bali saat ini,” ujarnya. AN-MB